Kota Bima, Bimakini.com.- Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Bima seolah tanpa jargon. Menurut pandangan akademisi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bima, Wahyu A. Bakar, M.Si, pasangan calon Wali dan Wakil Wali Kota Bima periode 2013-2018 rajin turun ke tengah masyarakat, tetapi tidak disertai penjelasan visi-misi dan program apa yang ditawarkan sesuai peta dan potensi daerah.
Katnaya, menyapa dengan cara mendatangi warga yang dilakukan oleh para kandidat adalah upaya mengebiri masyarakat. Berpura-pura dekat saat arena Pemilukada mulai berlangsung. Mereka pun masih sebatas tebar pesona.
Wahyu mengatakan, kedekatan dengan masyarakat akan terlihat dengan tawaran konsep yang diusung atau yang telah diperbuat. Apakah benar-benar prorakyat atau program yang tawarkan sangat elitis. “Masyarakat Bima yang agraris apakah di-back-up dengan visi-misi dan program yang promasyarakat agraris. Ketika seminggu saya kembali ke Bima dan melihat calon turun ke lapangan, tidak melihat ada jargon yang ditawarkan atau pemetan masalah di lokasi yang dikunjungi,” kata pria yang kini sedang menempuh studi Program Doktor Sosiologi Perdesaan di IPB melalui telepon seluler, kemarin.
Simbolisasi Posko, kata Wahyu, cukup menarik di Kota Bima. Tetapi, yang terlihat pada setiap Posko hanya orang yang duduk bermain domino. Apakah itu yang diperlihatkan atau yang ditawarkan pada masyarakat. “Hampir tidak ada Posko yang menawarkan konsep atau program para kandidat jika nanti pasangan tersebut itu menang,” ujarnya.
Dia mengatakan, apakah para calon tidak paham bahwa fungsi dari Posko tersebut sangat vital sebagai ujung tombak komunikasi dengan rakyat. “Saya berkesempatan iseng-iseng tanya kepada para Tim yang ada di Posko perihal program yang ditawarkan oleh para kandidat. Mereka hanya tersenyum dan tahu nama pasangan calon saja,” katanya.
Tetapi, kata Wahyu, yang lebih mencengankan lagi, pengurus partai pengusung tidak mengetahui apa yang akan diperjuangkan calonnya. Ternyata elit parpol pun belum tahu apa visi-misi dan program yang ditawarkan oleh pasangan yang diusung oleh partainya.
“Calon masih sebatas turun untuk tebar pesona mencari simpati, tanpa makna. Pemetaan dan potensi apa yang ada di dalam wilayah tersebut ternyata tidak nampak,” ujarnya. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.