
pelatihan pengolahan buah Kawi
Kota Bima, Bimakini.com- Dosen Program Studi Teknologi Pertanian Universitas Muhammadiyah Semarang, Agus Suyanto, S.TP, M.Si, mengatakan dari buah Kawi tidak ada yang terbuang. Di Rembang, Jawa Tengah, buah ini diolah menjadi minuman sari buah, sirup, dodol, selai, dan bubuk sirup. Bahkan, kulitnya dapat dimanfaatkan menjadi souvenir, seperti gantungan kunci, ukiran, dan lainnya.
Agus menjadi salahsatu pembicara untuk kegiatan pelatihan pemberdayaan akonomi masyarakat, pengolahan buah Kawi menjadi sirup, dodol, dan selai, yang diadakan oleh Pertamina Bima. “Kegiatan ini bisa ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah, agar masyarakat dapat menjadikan buah Kawi sebagai olahan makanan bernilai ekonomis tinggi,” katanya.
Untuk menghasilkan satu botol sirup, maka dibutuhkan empat buah Kawi yang telah matang. Cirri-ciri yang bagus dagingnya berwarna koklat kehitaman. Yang diambil atau digunakan, buah jatuh dari pohon. Itu biasanya menandakan telah matang dengan ciri fisik, bekas kelopaknya berwarna kecoklatan.
“Empat daging Kawi diblender dan nanti akan diambil sarinya. Ampasnya bisa menjadi dodol dan selai, sehingga tidak ada yang terbuang,” katanya.
Hanya saja, diingatkannya, mengolah makanan harus memerhatikan higienitas atau kebersihan. Seperti tempat pengolahan harus bersih, lantai keramik, rumah plaster tembok, bahan dan tempat juga dipastikan bersih. “Daya tahan makanan itu biasanya dipengaruhi oleh kebersihan saat pengolahan, bukan karena pengawet saja,” katanya
Sirup yang telah jadi dan dikemas dalam botol pun harus direbus kembali, hingga suhu 70 derajat celcius selama 20 hingga 30 menit. Setelah itu didinginkan kembali dengan air mengalir, agar bakterinya cepat mati. “Bagitu juga jika dibuat dalam gelas kemasan untuk sari buah, diresbus setelah dikemas,” katanya.
Satu botol sirup Kawis, kata Agus, dapat dijual dengan harga Rp30ribu. Dodol kemasan dijual antara Rp15-Rp20 ribu.
Narasumber lainnya, Siti Aminah, S.TP, M.Si, mengingatkan agar menggunakan bahan pewarna dan pengawet makanan. Bukan bahan pewarna kimia yang dapat membahayakan tubuh manusia. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
