
Susana Diskusi Mengenai Gizi Buruk
Bima, Bimakini.com.- Penanganan gizi buruk juga berkaitan dengan kesadaran masyarakat, tidak hanya dari aspek medis. Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan (Dikes) telah memberikan pelayanan maksimal bagi penderita gizi buruk. Biaya selama perawatan dua minggu di rumah sakit semua digratiskan, demikian juga untuk dua penunggu.
Namun, Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima, drg. Hj. Siti Hadjar Yoenoes, mengatakan perawatan selama dua minggu tidaklah menjadi jaminan akan pulih total. Paling tinggi kenaikan berat badan satu kilogram, namun rata-rata hanya setengah kilogram.
“Naik menjadi satu kilogram itu sudah cukup bagus. Namun, akan ditentukan setelah perawatan. Di sinilah pentingnya kesadaran masyarakat dalam memerhatikan gizi anaknya,” ujarnya saat menjadi narasumber pada Technical Assistance APBD Kabupaten Bima terkait Gizi Buruk.
Kegiatan itu diadakan oleh Asutralian AID dan Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) NTB, di Kafe Kitani, Kamis (29/5).
Data tahun 2012 lalu, kata dia, kasus tercatat sekitar 40 dan tahun ini menurun. Penanganan gizi buruk memang membutuhkan waktu yang lama agar dapat normal, yakni 90 hari. “Kadang keluarga yang menunggu meski sudah biaya selama menjaga anaknya, tidak sabar dan membawa pulang, alasannya karena ingin cari makan,” ujarnya.
Direktur Eksekutif LenSA NTB, Akhdiansyah, S.HI, mengakui dibutuhkan kesadaran masyarakat dalam memahami gizi anak. Pemahaman tentang gizi, sebaiknya tidak hanya dibebankan pada kaum ibu, namun juga bapak.
Dicontohkannya hasil penelitian di Kebupaten Dompu, anak-anak gizi buruk dan gizi kurang dialami oleh keluarga yang istrinya berangkat menjadi tenaga kerja di luar negeri. Suami yang bersama anak tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana perawatan dan pemenuhan gizi.
“Perawatan anak akhirnya diserahkanlah ke orang lain, sehingga penting masalah pemahaman tentang gizi juga diberikan ke bapak-bapak,” katanya.
Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bima, Drs. Hafiduddin, SH, mengatakan sekolah juga berupaya memberi kontribusi dalam penanganan masalah gizi buruk. Satu di antaranya melalui program pemberian makanan tambahan bagi anak-anak.
“Karena pendidikan itu juga menyangkut masalah kesehatan anak, sesuai dengan visi pendidikan di Kabupaten Bima, salahsatunya melahirkan manusia sehat,” katanya. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
