Kota Bima, Bimakini.com.- Masyarakat Kota Bima dinilai semakin menjauh dari karakter luhur budaya dan agama Islam. Karakter yang ditunjukkan selama ini tidak mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Mbojo. Untuk itu, peran seluruh elemen, terutama sesepuh mengembalikan jati diri yang hilang itu.
Demikian harapan Wali Kota Bima, HM. Qurais, saat Diskusi Budaya yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima, di aula Pemkot Bima, Kamis (29/5).
Quaris mengatakan, saat ini pembangunan sarana fisik sudah digenjot. Namun, jika tidak dibarengi pembangunan karakter budaya dan agama, maka akan sia-sia. Sarana fisik dapat saja rusak oleh perilaku destruktif atau menyimpang dari nilai luhur. “Dulu kalau demo yang jadi sasaran itu adalah lampu taman hias. Sekarang tidak terjadi lagi,” katanya.
Contoh lain, kata dia, sikap siswa yang baru lulus Ujian Nasional (UN) baru-baru ini dengan mencoret baju juga tidak mencerminkan kehalusan budaya Bima. “Semoga melalui dialog budaya ini, akan melahirkan kahalusan karakter masyarakat kita,” harapnya.
Sesungguhnya, kata dia, karakter kasar itu tidak baik, kecuali yang dipertontonkan atau pertunjukan. Seperti tinju yang dipertunjukkan di atas ring.
Quaris juga menyinggung soal aksi demo menolak hasil Pemilukada. Menurutnya, jika tidak puas dengan hasil tersebut dapat menggunakan saluran yang sudah tersedia, yakni Mahkamah Konstitusi (MK). “Menggugat lewat MK itu mencerminkan budaya dan aturan. Alhamdulilillah sekarang sudah digugat ke MK,” katanya.
Pada dialog budaya yang dihadiri oleh seluruh sanggar seni se-Kota Bima dan budayawan menghadirkan dua narasumber. Mereka adalah Drs. H. Hasanuddin Wahid dan H. Abubakar Daeng Manasa. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.