Bima, Bimakini.com.- Dialog Budaya yang membahas pelantikan H. Ferry Zulkarnain, ST, sebagai Sultan ke-16 Bima ditinjau dari berbagai aspek di aula PKK Kabupaten Bima, Kamis (27/6) diwarnai kericuhan. Bahkan, usai dialog seorang peserta dipukul oleh yang lainnya. Untungnya, kericuhan itu cepat dilerai.
Dialog menyosal pelantikan Ferry Zulkarnain menjadi Sultan Bima diwarnai pro-kontra. Antarpembicara, yakni Dr. Hj. Siti Maryam, SH, Syarif Ahmad, M.Si dan Muslimin Hamzah, berbeda pandangan. Demikian juga dengan peserta, ada yang setuju dan ada juga menolak pelantikan tersebut.
Pantauan Bimakini.com, suasana dialog mengarah pada debat kusir, antarpeserta saling menimpali. Bahkan, pembicara yang sedang menjelaskan, dipotong oleh peserta. Moderator sempat kewalahan untuk menenangkan situasi. Bahkan, beberapa kali tensi suaranya meninggi.
Saat situasi dialog seperti itu, tiba-tiba seorang peserta berdiri dan melempar ke arah depan. Rupanya, mengaku kecewa terhadap moderator yang tidak bisa mengatur lalulintas dialog. Aksi peserta ini rupanya tidak diterima oleh lainnya, ada yang memintanya keluar dari forum.
Ketika disuruh keluar ruangan, namun ada yang lain memintanya kembali lagi. Saat itu staf Ketua Majelis Adat Bima, sempat meminta agar Ina Kaumari, sapaan akrab Hj. Siti Maryam, agar meninggalkan forum menganggap tidak lagi dalam etika diskusi. Apalagi, diwarnai dengan aksi pelemparan ke arah narasumber dan moderator.
Namun, Ina Kaumari menolak meninggalkan forum dialog, meski hendak dituntun keluar. Demikian juga dengan pembicara lainnya, Syarif Ahmad, hendak meninggalkan forum dialog itu, namun ditahan oleh moderator, Tamrin, SH, yang juga Presidium NTB Center sebagai penyelanggara acara.
“Diskusi yang kita lakukan ini seperti tidak beradab, kurang elok. Padahal, kita hidup di lingkungan pendidikan yang sehat,” ujar Syaifullah, peserta forum.
Menurut Syaifullah, pro-kontra pelantikan Ferry sebagai Sultan adalah hal biasa. Tetapi, perdebatan yang dibangun dalam forum haruslah sehat.
Dialog itu juga tidak berakhir dengan kesimpulan, karena antarpeserta juga pro-kontra. Ada yang menilai pelantikan itu tidak perlu dilaksanakan. Apalagi, menggunakan dana APBD senilai Rp600 juta hanya untuk kegiatan sehari.
Ina Kaumari berharap saat pelaksanaan pelantikan nanti, masyarakat Bima bisa menjadi tuan rumah yang baik. Apalagi, di orang diluar mengenal masyarakat Bima yang berpendidikan.
Katanya, nanti akan hadir Menteri Dalam Negeri dan Sultan se-Nusantara, termasuk dari Malaysia. Rencana awalnya, pelantikan itu akan dihadiri Presiden RI, hanya saja Majelis Adat tidak menyanggupinya.
Presidium NTB Center, Tamrin, SH, berharap dialog seperti ini difasilitasi oleh lembaga lainnya. Ruang dialog diperlukan untuk suatu perubahan. “Ini hanya sebagai awal dari dialog tentang pelantikan Sultan Bima,” ujarnya. (BE.16/K09)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.