Sepekan terakhir publik Bima dikejutkan oleh kasus pemblokiran fasilitas Bandara Sultan Muhammad Salahudin Bima yang menyebabkan kemacetan aktivitas penerbangan dari dan ke luar Bima. Ternyata, publik pun baru tahu bahwa sebagian lahan Bandara milik warga. Mahkamah Agung memenangkan gugatan warga terhadap sebagin lahan pada fasilitas itu. Nah, soal pembayaran lahan itu yang kini belum tuntas. Janji tinggal janji.
Dari sisi ini, wajar saja jika penggugat menguasai haknya dan jika mau digunakan harus menebusnya. Logika umum dan normal. Meskipun disadari beragam jadwal penerbangan terganggu. Akses dari dan ke Bima pada jalur udara, lumpuh.
Jika dicari ‘benang merah-nya’ kasus Bandara bisa dibaca dalam konteks soal penegakkan hukum dan keadilan. Ya, upaya mencari keadilan yang telah menemukan titik kulmunasi kepastian. Opsi selanjutnya adalah fiat justitia ruat coeleum, keadilan harus ditegakkan, meskipun langit runtuh! Kita berharap kasus ini segera diselesaikan sesuai aturan hukum yang berlaku dan kesepakatan mereka.
Sebagai penggambaran, kita tengok sejarah Islam soal pembebasan lahan warga Yahudi yang dilakukan oleh Gubernur Mesir, Amr bin Ash. Pada lahan itu, Amr ingin membangun masjid, namun si Yahudi menolak menjual tanah dan gubuknya meskipun ditawar 15 kali lipat dari harga pasaran. Amr pun secara sepihak membongkar (menempati) paksa. Lalu kesewenang- wenangan Gubernur itu diadukan Yahudi kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Apa reaksi Umar? Merah padam wajah Umar begitu mendengar penuturan Yahudi itu. Umar mengambil sepotong tulang, lalu menggores tulang itu dengan pedangnya untuk diberikan kepada Gubernur. Isyarat Umar direspons oleh Gubernur dengan membongkar masjid megah yang hampir rampung itu. Suatu prosesi yang mengherankan di Yahudi, karena hanya melalui sekerat tulang dengan goresan huruf Alif.
Apa maknanya? Kata Gubernur, perintah khalifah dalam tulang itu sangat berarti. Ketahuilah, tulang nan busuk itu adalah peringatan bahwa berapa pun tingginya kekuasaan seseorang, akhirnya akan menjadi tulang yang busuk. Huruf alif yang digores, itu artinya keadilan harus ditegakkan ke atas dan ke bawah. Lurus seperti huruf Alif. Begitu agungnya ajaran Islam.
Nah, logika tulang dan huruf Alif itulah yang kemudian mengilhami si Yahudi memeluk Islam. Subhanallah…(*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.