Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Pelantikan Sultan Bima Media Kenalkan Budaya

Sultan Demak Saat Mengalungkan Tasbih ke Sultan Bima.

Bima, Bimakini.com.- Pelantikan Sultan ke-16 Bima bukan sekadar dimaknai sebagai kegiatan seremonial semata. Momentum itu diharapkan bisa mengenalkan kembali falsafah dan dasar kehidupan Dou Mbojo selama ini. Selain itu, menegaskan bahwa masyarakat sangat cinta suasana damai.

“Kita sudah banyak meninggalkan adat-istiadat kita yang baik dan bernilai luhur. Untuk itu, pelantikan Sultan diharapkan bisa kenalkan kembali dasar kehidupan yang baik kita dulu,” kata Ketua Majelis Adat Dana Mbojo, Dr. Hj. Siti Maryam, SH, dalam sambutan acara pelantikan Sultan Bima, Kamis (4/7) pagi di halaman Asi Mbojo.

Dikatakannya, selama 98 tahun lamanya, baru pada kesempatan ini dapat diadakan kembali pelantikan Sultan Bima. Sebenarnya, agenda tersebut telah lama direncanakan, menyusul masukan, usul, dan pertimbangan namun baru dapat terlaksana saat ini.

Diakuinya, masyarakat Bima telah mengenal Sultan sejak abad ke-15 karena telah sejak dulu menganut agama Islam. Ketika itu, Sultan diangkat langsung oleh masyarakat melalui perwakilan mereka yang dikenal dengan nama Ncuhi. Hingga kini, warisan budaya itu masih tetap terjaga dan kembali dilestarikan.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

“Melihat sejarah itu, bagaimana mungkin bisa kita tiadakan kegiatan yang bermanfaat ini,” ujar wanita yang disapa Ina Ka’u Mari ini.

Katanya, dari abad ke-15 berdirinya Kesultanan Bima sudah memiliki 15 Sultan dan akan genap menjadi 16 usai pelantikan H. Fery Zulkarnain. Selama kurun waktu itu, Bima dikenal sebagai daerah yang damai dan hidup rukun. Nilai luhur, adat, dan budaya Islam begitu dijunjung tinggi.

Apabila terjadi perselisihan, ungkapnya, maka masyarakat saat itu menyelesaikannya dengan jalan musyawarah bersama pemangku adat, sehingga tidak keluar dari wilayah tersebut. Hal itu menandakan bahwa masyarakat Bima sangat menghargai adat- istiadat.

“Untuk itu, mari kita sekarang jalankan yang baik dan tinggalkan hal-hal yang buruk,” ajaknya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Pada kesempatan itu, Ina Ka’u Mari juga mengenalkan para tamu dari berbagai Kesultanan dan Kerajaan di Nusantara maupun dari negara tetangga. Kehadiran, tamu istemewa tersebut diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat Bima karena budaya Bima bisa dikenal luas hingga keluar negeri. (BE.20)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

  ‘’SAYA mau tes daya ingat pak KMA,’’ katanya kepada saya suatu waktu. KMA itu, singkatan nama saya. Belakangan, semakin banyak kawan yang memanggil...

CATATAN KHAS KMA

SAYA belum pernah alami ini: handphone tidak bisa dipakai karena panas. Bukan hanya sekali, Tetapi berkali-kali. Juga, bukan hanya saya, tetapi juga dua kawan...

CATATAN KHAS KMA

WARTAWAN senior Dahlan Iskan menulis skala kekecewaan pakar komunikasi yang juga pengajar Ilmu Jurnalistik, Effendi Gazali. Angkanya fantastis, 9.5 pada skala 0-10. Nyaris sempurna...

CATATAN KHAS KMA

APAKAH saya harus senang? Ataukah sebaliknya? Entahlah! Tetapi begini: Waktu saya pertama membangun media di Bima, itu pada 21 tahun lalu, ada yang menyebut...

Opini

Oleh: Asikin, S.Pi   Keanekaragaman budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia, menjadi keunikan yang sangat membanggakan dimata dunia. Sebagai bangsa yang majemuk, yang terdiri atas...