Forum Umat Islam (FUI) Bima bereaksi terhadap tampilan acara di hotel Kalaki Beach yang diwarnai minuman keras (Miras) dan tarian erotis. Suatu suguhan yang kini menguap ke permukaan dan diakui di luar agenda acara. Balutan busana minim yang hanya menutup bagian sensitif wanita, plus liuk-liukan tubuh mengumbar syahwat menyatu dalam suasana malam di pinggir pantai itu. Jelas saja suguhan peradaban rendah dan merusak moralitas masyarakat Bima.
Ya, suguhan erotis dan jejeran sloki cairan Miras itu telah menciderai perasaan umat. Seperti pandangan anggota FUI, tindakan itu menistakan Bima sebagai masyarakat agamais, apalagi kesultanan yang pernah memiliki Mahkamah Syariat di dunia. Upaya pihak tertentu agar kejadian itu tidak diekspose adalah indikasi bahwa ada sesuatu yang bermasalah di dalamnya.
Kita menunggu janji Kapolres Bima yang akan memanggil dan memerkiksa pihak penyelenggara. Kejadian itu harus dijadikan momentum untuk mengirim pesan tegas kepada siapapun agar tidak lagi sembarangan mengemas acara yang mengumbar pornoaksi. Semua pihak harus mampu menyesuaikan tindakannya dengan nilai-nilai dan kearifan lokal daerah ini. Desakan FUI merupakan ekspresi dari suasana hati masyarakat Bima yang ingin wilayahnya tidak ternoda. Beragam kasus asusila dan penyakit sosial lainnya yang muncul akhir-akhir ini cukup menguatirkan.
Suguhan erotis dan cairan Miras itu harus disikapi keras dan tegas. Jika tidak, akan menjadi pintu masuk bagi pihak-pihak tertentu karena merasa nyaman melakukannya. Kita menyadari pesta Miras, aroma erotis hingga liuk-liukan penari striptease adalah menu biasa bagi tempat-tempat hiburan di daerah lain. Bahkan, lebih dari itu. Namun, FUI punya satu sikap tegas: ini Dana Mbojo, Bung! (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
