Connect with us

Ketik yang Anda cari

Hukum & Kriminal

Ketika Penjaga SMPN 1 Wawo Ditemukan Tewas di Emperan Koramil Wawo

Bima, Bimakini.com.-Setia Berbaju Loreng, Pendam Rasa Ingin Menikah. Jika azal telah tiba, maka siapapun orangnya tidak akan bisa mengelak. Siapa yang menyangka warga Desa Maria Kecamatan Wawo, Muhammad Sanudi (57 tahun) menghembuskan nafas terakhir di kantor Koramil Wawo. Di bangku emperan kantor itu. Bagaimana kisah almarhum,  berikut catatan HM.Nasir Ali.

Menjelang Subuh,cuaca di Desa Maria begitu dingin. Sepimencekam. Lolongan anjing liar dan suara ayam jantan memecahkan suasana sepi pagi itu. Warga sekitar masih tertidur pulas menikmati indahnya ragam mimpi. Kumandang adzan Subuh mulai bersahutan. Namun, di bangku emperan kantor Koramil Wawo seorang hamba Allah, Muhammad Sanudi alias Ahmad,sedang berjuang menghadapi sakaratul maut seorang diri.

Dua tiga anak ini tidak kuasa menolak kehadiran Malakul Maut yang menjemputnya kembali keharibaan Ilahi. Seiring berpisahnya antara ruh dan jasad, Ahmad hanya mampu melambaikan tangan perpisahan kepada anak-anak dan cucuk tercintanya, keluaraga,dan kerabatnya. Seakan mengingatkan semua bahwa sampai di sini batas akhir pertemuan. Selanjutnya akan menghadapi kehidupan yang baru di alam kubur (barzah).

Yahya,anak pertama almarhum,mengaku beberapa kali menatap wajah orangtuanya usai pulang kerja malam dansiang hari. Hatinya ingin berkata seakan menjadi  perpisahan. Beberapa kali mulutnya berkata sendiri Bapak-nyamungkin akan mati, tetapi hatinya tidak juga mampu menerjemahkan isyarat itu. Apalagi, beberapa hari terakhir ayahnya senantiasa berpenampilan menarik.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

“Perasaan ini sudah saya rasakan beberapa minggu terakhir, tetapi selalu menepis ketika muncul perasaan seperti itu. Kadang saya makan berdua dengan nasi apa adanya,” ujarnya mengenang saat menyaksikan ayahnya yang terbujur kaku di bangku emperan kantor Koramil Wawo, Rabu pagi itu.

Dia mengaku tidak kuasa saat menyaksikan orangtuanya meninggalkannya untuk selama lamanya. Hatinya seperti disayat-sayat ingin memeluk tubuh itu, tetapi warga sekitar melarangnya sebelum diizinkan oleh pihak kepolisian. Airmatanya menetes pelan pada dua pipinya. Apalagi, menyaksikan dua adiknya, Masita, dan Nur Rahmi,yang tidak kuasa menahan sedih.

Bukan hanya itu, Nur Rahmi yang sedang hamil tua beberapa kali terengah-engah menahan perih yang tiada terkira. Anaknya belum sempat menyaksikan kakek dan neneknya sebelum lahir.

SDaat jasad kaku itu sudah bisa disentuh, Yahya memeluk ayahnya beberapa saat, airmatanya tumpah membasahi bumi. Diangkatkan kaki ayahnya yang bersentuhan dengan lantai emperan. Lalu diselonjorkan dan ditutupi kain batik. Beberapa warga mengangkat jasad yang masih mengenakan baju loreng itu.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Medan pengabdian yang dilakukan Bapak tiga anak ini sehari-hari adalah penjaga SMPN 1 Wawo dan 18 tahun biasa membersihkan kantor Koramil Wawo. Pagi setelah selesai di SMPN 1 Wawo masih sempat datang ke kantor untuk membersihkan halaman kantor dan sekitarnya.

Beberapa bulan terakhir almarhum razin menanam pisang di lingkungan kantor Koramil Wawo. Bahkan, bercerita ingin sekali menikah agar ada yang merawatnya ketika sakit dan menyiapkan maka ketika pulang dari kerja.  Keinginan itu kerap disampaikan kepada anggota Koramil Wawo, Koptu Iwan Setiawan dan Abdullah.

Keinginan itu membuncah untuk menyunting seorang wanita pujaan hatinya, tetapi hingga azal menjemput belum juga menemukan dambaan hatinya. Uang sekitar Rp5 juta dititipkan pada temannya di Kecamatan Sape sebagai bekal untuk persiapan pernikahan setelah ditinggal mati oleh almarhumah Siti Hajar yang telah melahirkan tiga anak dan dua cucu.

Bukan hanya itu, kata Abdullah, dua hari terakhir, almarhum senang sekali mengenakan baju loreng, lengkap dengan celana dan topi yang diberikan anggota Koramil Wawo dan warga lain yang memiliki keluarga TNI. Hingga saat menghembuskan nafas terakhir masih mengenakan baju loreng TNI.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

“Saat piket kalau takut tidur sendiri saya memanggil almarhum dan selalu siap kapan dan dimanapun,” ujarnya usai penguburan di kuburan umum Wawo, Rabu.

Kini terasa kehilangan dan sulit menjumpai orang se-ikhlas itu dalam bekerja dan tak pernah mengeluh selama menjalankan tugas.

“Kami semua merasa kehilangan semoga segala amal baiknya diterima Tuhan dan diampuni segala dosanya,” doanya. (*)

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Berita

Jakarta, Bimakini.- NTB, khususnya Pulau Sumbawa memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi salah satu contoh atau rolemodel yang visionable atau berkelanjutan. Hal itu...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Kuat dugaan, korban tewas di terowongan Dam Pela Parado karena  mesin pompa penyedot air terbakar. Selain itu karena kesulitan untuk bernafas. Mesin...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Naas menimpa dua pekerja bendungan Pela Parado Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Pada Kamis (13/5/21) dini hari pekerja yang diketahui bernama Ismail (52)...

CATATAN KHAS KMA

  NAMANYA Tengku Jubair. Rasanya agak asing juga, ada orang Bima yang yang namanya seperti itu. Anda tahu, nama itu biasanya dipakai oleh bangsawan...

CATATAN KHAS KMA

SEPERTI biasa, Ahad saya kerap mengikuti jalan pagi bersama Sahabat HMQ di bukit Jatiwangi. Keliling bukit dengan udara segar, pastilah sehat bagi kesehatan. Begitu...