Protes soal programbedah rumah muncul di Desa Ncera Kecamatan Belo Kabupaten Bima, Rabu (18/9). Warga setempat kembali mendatangi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Mereka menagih klarifikasi soal dugaan proyek fiktif bedah rumah. Saluran protes mereka sudah tepat dan wajar, karena pada sebagian wilayah ada kelompok masyarakat yang tidak sabaran dan menerabas sesuatu.
Apa masalahnya? Pengakuan dari perwakilan warga, foto rumah yang diajukan oleh Pemerintah Desa bukan rumah warga Ncera, sehingga aroma fiktif menguap. Justru rumah warga yang mestinya layak dari sisi fisiknya justru tidak mendapatkan program itu. Tentu saja pengakuan warga ini harus segera ditelusuri. Hal yang mustahil jika warga tidak memahami dan tidak mengenal rumah yang dijadikan rujukan untuk dokumentasi pengajuan program itu. Bukan hal yang mustahil pula jika ada aparat nakal yang memanfaatkan momentum bedah rumah untuk ‘mengail di tengah air keruh’.
Protes itu, jika dicermati, merupakan ekspresi pembelaan kolektif masyarakat terhadap program bedah rumah karena besarnya keinginan terhadap keberhasilan program. Dengan kata lain, jangan sampai niat suci pemerintah tidak tuntas ataupun dikebiri oleh oknum-oknum di tengah proses.
Kita mengharapkan kesenjangan rumah yang difoto dengan klaim warga itu harus segera dijembatani dan ditemukan ‘benang merah-nya’. Harus ada klarifikasi dan penjelasan memadai untuk kepentingan keberhasilan sasaran program itu. Kecurigaan terhadap adanya rumah fiktif yang kini dipersepsi oleh sebagian publik desa setempat tidak boleh dibiarkan lama karena menggerogoti citra aparat pemerintah di mata masyarakat. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
