Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Sorotan Mantanda

Bimakini.com.-Ini kabar terbaru dari fasilitas yang digadang-gadang menjadi cikal-bakal   pembangunan kampus negeri di Desa Sondosia Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Fasilitas senilai Rp2,5 miliar itu kini kian menebalkan kontroversinya di ruang publik. Rupanya, dalam pengamatan Masyarakat untuk Transparansi Daerah (Mantanda) Bima, bangunan itu sekarang dijadikan areal penyimpanan pakan ternak oleh masyarakat setempat. Ruangan dipenuhi tumpukan jerami dan hasil pertanian warga.

Pertanyaan yang diajukan Mantanda adalah itukah orientasi pembangunan sarana itu? Tidakkah itu sia-sia? Jelas saja kondisi itu memrihatinkan. Kian menebalkan kesan buruk sebagian publik bahwa ada yang tidak beres dari keseluruhan pembangunan fasilitas pendidikan itu.

Bisa jadi, Mantanda mewakili buncahan pertanyaan terpendam sebagian masyarakat. Isu pembangunan kampus negeri yang diklaim dimulai dari fasilitas itu selayaknya digelorakan lagi. Akan lebih baik lagi jika ada semacam laporan kemajuan (progress report) dari pihak berkompeten mengenai perkembangan upaya selama ini. Sejauhmana proses administrasi dilakukan, gebrakannya apasaja, pendekatan untuk  mencapai sasaran pada saluran politis, akademik, dan sosialnya bagaimana. Hal seperti itu urgen untuk pertanggungjawaban kepada publik (rakyat) sebagai pemilik sah dana pembangunan fasilitas itu.

Tumpukan jerami dan beragam hasil pertanian yang diintip masyarakat itu pada ruangan kampus itu merupakan sinyal tidak produktif. Ini menjadi bahan tertawaan publik. Kita mengharapkan pihak legislatif merangsek dengan meminta kembali klarifikasi untuk mengetahui duduk persoalan fasilitas itu. Jangan sampai  kubu legislatif menjadi komunitas melempem, gagap, dan impoten karena ketidakmampuan bersuara kencang menyikapi fenomena serta aspirasi sebagian publik.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Wakil rakyat jangan hanya ‘duduk manis’ saja saat riak-riak kaum muda menghendaki kegesitan sikap mereka. Aspirasi, pertanyaan, kekuatiran, dan gugatan soal itu sudah muncul pekan lalu dan sebaiknya segera diatensi agar jangan sampai menjadi ‘bom waktu’ yang setiap saat bisa muncrat ke permukaan.  

Perhatian dan klarifikasi terhadap fasilitas itu mendesak dilakukan, apalagi pengelola yayasan masih ada hubungannya dengan lingkaran elit. Sekecil apapun aspirasi publik, apalagi di-blow up oleh kaum muda, jangan dianggap sunyi. Soalnya, kita tidak hidup di ruang hampa… (*)

 

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Bima, Bimakini.com.- Elemen yang mengatasnamakan Masyarakat untuk Transparansi Daerah (Mantanda) Bima kembali menggalang dana untuk membantu perbaikan gizi 5.896 anak. Mereka  menggalang dana di...

Peristiwa

Bima, Bimakini.com.- Masyarakat untuk Transparansi Daerah (Mantanda) Bima menggalang dana kemanusiaan  penyelamatan 5.896 generasi yang kekurangan gizi.  Aksi galang dana  itu dimulai pukul 08.00...

Pemerintahan

Bima, Bimakini.com.- Massa  yang mengatasnamakan Masyarakat untuk Transparansi Daerah (Mantanda) Bima menggelar aksi di DPRD Kabupaten Bima, Rabu (18/9). Mereka menyorot perencanaan anggaran selama...

Dari Redaksi

Paruga Nae, yang kini dibandroli nama keren ‘Convention Hall’ masuk dalam radar sorotan masyarakat. Fasilitas adalah impian bagi pasangan pengantin untuk menandai hari bersejarah...

Dari Redaksi

Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) yang diserahkan Pemerintah Kota Bima kepada Komisi Pemilihan Umum  (KPU) Kota Bima, berbeda dengan rillnya. Pihak KPU membeberkannya...