Kota Bima, Bimakini.com.- Massa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Bima mendatangi Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Bima, Selasa (08/10) siang. Mereka mengecam aksi kekerasan yang diduga melibatkan Kepala Dispenda, Drs. H. Ridwan dan beberapa stafnya terhadap rekan mereka pada Senin lalu. Peristiwa itu mereka klaim terjadi di ruangan Dispenda, Senin (07/10) lalu.
Versi mahasiswa, kejadian berawal ketika seorang mahasiswa STAIM hendak menanyakan salinan data Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ingin memilikinya. Namun, pejabat Dispenda tidak memberikannya dengan beberapa alasan. Sempat terjadi perdebatan dan aksi kekerasan dilakukan oleh beberapa staf Dispenda terhadap mahasiswa bernama Abdul Basid Zaelani itu.
Basid mengakui sempat dibekuk oleh beberapa staf
Dispenda setelah terjadinya perdebatan itu dan dicekik oleh Kadis hingga
mengalami luka memar pada leher bagian kiri. Kemudian diseret keluar dari ruangan hingga ke elakang kantin di belakang dinas tersebut.
Basid mengaku kejadian itu telah dilaporkannya kepada pihak Kepolisian dalam delik penganiayaan.
Tidak menerima rekan mereka diperlakukan seperti itu, mahasiswa STAIM sepakat beraksi. Dalam aksi sekitar 3 jam dan dikawal aparat Kepolisian itu, mereka berorasi. Pagar pembatas halaman dinas pun dinaiki. Mahasiswa pun sempat menduduki jalan raya di depan dinas sehingga beberapa saat memacetkan arus kendaraan.
Saat itu, mahsiswa mendesak Bupati Bima segera mencopot Ridwan dari jabatannya dan pembinaan etika
pelayanan dilakukan terhadap staf Dispenda. Mereka juga mendesak pihak Kepolisian segera memeriksa pihak yang terlibat dalam penganiayaan itu.
Dugaan pemukulan terhadap mahasiswa yang mengajukan permohonan informasi ke Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Bima, dibantah. Tidak hanya oleh Kepala Dispenda Kabupaten Bima, Drs. H. Ridwan, namun juga para pegawai setempat.
Ridwan menceritakan, Senin (7/10) ada seorang mahasiswa yang mendatanginya dan menanyakan tentang surat permohonan informasi tentang data Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bima. Saat itu sempat menanyakan dari data PAD hal mana yang ingin diketahui atau diminta.
Namun, rupanya pemohon juga tidak bisa menjelaskan tentang hal spesifik apa yang diminta melalui surat tersebut, karena dianggap masih umum. Lantaran, bingung sehingga mahasiswa itu beranjak menanyakan kembali ke rekannya yang lain. “Selang beberapa lama datanglah satu teman mahasiswa yang pertama datang. Saat memanggil temannya, saya sudah menyiapkan data yang diminta,” ujarnya di Dispenda Kabupaten Bima, Selasa (8/10).
Satu rekan mahasiswa yang baru datang itu, dinilai berlebihan karena mengaku tidak takut terhadap siapapun. Tidak hanya terhadap Kepala Dinas, namun Presiden sekalipun. Bahasa itu rupanya kurang berkenan di telinga pegawai dinas lainnya dan mencoba menenangkan. “Yang ada bukan dianiaya, namun bawa keluar kantor oleh pegawai lainnya,” katanya.
Bahkan, kata dia, hingga saat ini masih menyiapkan bahan yang diminta oleh pemohon informasi. Jika dibutuhkan, maka siap diberikan kepada pengurus IMM. Dalam surat yang diajukan, menjelaskan tujuan meminta data itu sebagai bahan kegiatan tingkat nasional, tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi daerah.
Dia menduga hanya terjadi kesalahpahaman, bukan menghalangi mereka untuk memohon informasi PAD. Namun, ada sikap yang dinilai pegawainya kurang pantas. Mestinya dapat menyampaikan secara santun, sehingga semua pihak dapat menerima dan senang. (Opik)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.