Kota Bima, Bimakini.com.- Sanggar seni tradisional Bima, Ncuhi Dara, bertekad menyiapkan
generasi muda dalam hal kreasi bidang musik dan tari khas tradisional Bima pada umumnya. Sanggar itu dirintis Nuraini sejak tahun 2010 dan hingga kini masih berupaya tetap eksis membina generasi muda di
Dara, khususnya lingkungan RT 07/RW 03.
Keberadaan sanggar itu sangat membantu generasi soal budaya Bima. Diharapkan akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang nilai sejarah dan budaya masyarakat Bima.
Peranserta para generasi tampak pada berbagai panggung dan kegiatan yang diselenggarakan dalam wilayah maupun luar wilayah Dara. Seperti acara penyambutan para petinggi daerah di Kota dan Kabupaten Bima.
Nah, landasan pemikiran itulah yang mendorong Nuraini tekun membimbing dan mendidik kaum muda yang
rata-rata adalah pelajar SMP dan SMA. Tujuannya agar nilai sejarah dan budaya yang terancam punah, kembali melekat dalam jiwa para generasi. Kegiatannya semakin dikenal oleh warga dari berbagi pelosok
Bima, sehingga dalam berbagai macam acara hajatan keluarga, anak-anak asuhnya pun akan tampil sebagai tombak dan perhatian seluruh kalangan dalam acara hajatan dengan congkak dan lenggok yang disertai alunan musik khas daerah Bima.
Nuraini mengatakan ingin melestarikan budaya daerah Bima melalui sanggar tarian dan musik tradisional yang telah dirintisnya, Rasa kecintaan dan kepedulian terhadap budaya Bima harus ditanamkan dalam jiwa generasi. Saat ini, Indonesia yang dikenal kaya ragam budaya jangan sampai hilang tertindas oleh budaya luar atau asing. “Daerah Bima ini kan terlahir dari sejarah yang cukup dikenal di kalangan Nasional, baik sistem adat,
kebudayaan, agama maupun sejarahnya, Nah, jadi sangat disayangkan kalaupun generasi kita tidak mengenal budaya di daerahnya sendiri. Sejauh ini anak-anak juga sangat menekuni kegiatan latihan bermain musik dan belajar tari. Walaupun tempat khusus untuk latihannya belum ada, mereka latihan di halaman tetangga saya di depan rumah,” ungkapnya di Dara, akhir pecan lalu.
Diakuinya, sarana dan peralatan musik, pakaian adat Bima didapatkanya atas bantuan Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Program PNPMP pada tahun 2010. Sistem kegiatan dan
latihan pun merupakan jalinan kerjasama dengan sanggar budaya lain di Kota Bima, seperti sanggar Tari Paju Monca, sanggar Wadu Nocu, dan bimbingan moral dari sesepuh masyarakat Bima, Dr. Hj. Siti Maryam atau Ina Ka’u Mari.
Sanggar Ncuhi Dara yang kini berkiprah pada berbagai acara dan kegiatan diharapkan mampu terus melahirkan generasi muda yang berbudaya. Apalagi, pada era globalisasi ini, nilai-nilai budaya di tanah Bima terancam punah.
“Perhatian dari berbagai kalangan masyarakat maupun pemerintah sangat diharapkan agar nilai budaya akan terus melekat dalam jiwa generasi muda tetap utuh dan terselamatkan,” harapnya.
Anggota sanggar Ncuhi Dara yang menekuni latihan di bidang tari, Putri, mengaku senang bisa menjadi bagian dari sanggar tersebut. Banyak ilmu, wawasan, dan pengalaman yang didapatkannya di luar daripada pendidikan sekolah. “Saya merasa senang dan bangga karena bisa ikut latihan menari, apalagi tarian khas Bima seperti tari Wura Bongi Monca, tari Muna ra Medi bukan hanya sekadar gerakan dan tarian saja,
tapi memiliki arti dan makna tersendiri,” ungkap pelajar kelas tiga SMP ini. Dia mengaku sering tampil dengan tarian adat Bima ini saat acara hajatan pernikahan bersama teman-teman. (opik)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.