Bima, Bimakini.com.-Komunitas Jelajah bersama Komunitas Kapatu Mbojo dan Kampung Media Kota Bima mengunjungi Kalodu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, pekan lalu. Ada kesan mendalam yan terasa. Perjalanan jauh dan melelahkan itu terbayar lunas setelah melihat beragam pesona keindahan panorama alam.
Alamsyah, seorang peserta, mengataka mMelihat keindahan alam dan potensi Kalodu, suatu saat bisa Desa Wisata Religius unggulan di Kabupaten Bima. Posisi Kalodu di atas bukit menambah nilai jual wilayah yang punya tiga dusun ini. Dibawah komando Abdul Karim sebagai Kepala Desa, Kalodu diyakini akan menjadi destinasi wisata baru, terutama wisata religius. “Ini bisa dikembangkan menjadi wisata religi,” ungkap Alamsyah.
Bagi Anda yang ingin mengunjungi Kalodu, rute perjalanan dan potensi Desa Kalodu serta serba serbi tentang perjalanan menuju ke sana. Perjalanan dari pusat Kota Bima ke Kalodu menempuh jarak 54,2 kilometer dengan waktu sekitar 1 jamroda empat. “Jika dilihat secara seksama, perjalanan dari Kota Bima ke Kalodu seperti membelah ujung Timur Pulau Sumbawa ini menjadi dua,” katanya .
Setelah melewati terminal Tente, akan sampai pada pada pertigaan Desa Cenggu Kecamatan Belo. Untuk menuju Kalodu, mengambil jalur lurus, bukan yang berbelok ke kiri.
Setelah melewati pertigaan Cenggu, selanjutnya menuju beberapa desa di Kecamatan Belo, yaitu Renda, Ngali, Lido, dan Ncera. Sepanjang jalan suguhan persawahan yang ditanami bawang dan rumah beratap seng terlihat. Renda, Ngali, dan Ncera merupakan desa penghasil bawang di Kabupaten Bima. Seng sebagai atap rumah dimaksudkan untuk menjaga bawang agar tidak cepat busuk.
“Melewati desa penghasil bawang yang agak panas ini, kita akan disuguhkan dengan kesejukan Dam Ncera sebelum mulai memasuki jalanan yang mendaki gunung menuju Karumbu Kecamatan Langgudu,” katanya.
Diakuinya, perjalanan dari Dam Ncera menuju Karumbu cukup memanjakan mata. Rimbunan pepohonan menyuguhkan kesejukan sepanjang perjalanan, ditambah lagi keindahan pemandangan Teluk Waworada.
Setelah melewati pegunungan, akan sampai di Rompo. Ada pelabuhan dan pusat penjualan ikan di situ.
Setelah melewati Rompo, akan melihat pelabuhan baru di Teluk Waworada ini. Teluk yang menghabiskan biaya miliaran rupiah ini belum mulai beroperasi, karena masih ada beberapa pembangunan yang belum selesai.
Setelah melewati Karumbu, di ujung desa terdapat persimpangan menuju Kalodu. Jika lurus terus, akan menuju Rupe. Jika berbelok ke kiri, akan menuju Kalodu. “Kondisi jalan dari Karumbu ke Kalodu cukup parah, jalan ini hanya bisa dilalui kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat dengan vitur 4 stroke, karena jalannya berupa tanah keras dan berbatu serta tidak rata,” katanya.
Walaupun kondisi jalan parah, namun ketika sampai di Kalodu rasa lelah dan ketidaknyamanan itu hilang. Pertamakali kita memasuki Kalodu, akan disambut oleh Masjid Kaludu, Masjid Tertua dan tempat pertamakali para Mubaligh menyiarkan Islam di Tanah Bima. Di sekitar masjid terdapat pohon yang bisa mengeluarkan air layaknya hujan gerimis. Untuk menuju masjid ini, menaiki 13 tingkatan dengan 38 anak tangga. Masjid dan pohon inilah yang diyakini akan menjadi destinasi wisata potensial bagi Kabupaten Bima jika akses menuju Kalodu ini diperbaiki dan lokasi di sekitar masjid ditata. (K01)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.