Connect with us

Ketik yang Anda cari

Pemerintahan

Eksistensi ISIS Berdampak Destruktif

Dompu, Bimakini.com.- Untuk menangkal berkembangnya gerakan ISIS, maka dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat. Pendekatan agama, menjadi langkah membentengi masyarakat terhadap paham ini di Kabupaten Dompu.

Untuk itu, pejabat Kementerian Agama (Kemnag) Kabupaten Dompu, Drs H Syamsul mengatakan dibutuhkan juga penyelesaian secara yuridis terhadap eksistensi ISIS yang berdampak dekruktif ditengah masyrakat. “Perlu peningkatan pemahaman agama yang lebih memadai bagai masyarakat melalui lembaga keagamaan yang ada guna membentengi masyarakat Dompu dari paham dari paham radikalis ekstrimis yang telah menyimpan dari norma-norma agama dalam masyrakat,” ujarnya dalam Dialog yang dilaksanakan oleh HMI Cabang Dompu bekerjasama dengan Relawan Perdamaian (REDAM), Kamis (25/9/2014).

Dikatakannya, Kabupaten Dompu mayoritas muslim hingga 98 persen. Keberadaan ISIS bisa menjadi ancaman terhadap keutuhan NKRI, baik yang bersifat separatis maupun destruktif. Untuk mencegah konflik antar umat beragama, Kemnag membentuk Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB). “Pemerintah melalui Kementrian Agama telah memberikan kewenangan kepada Kemnag dan MUI untuk menfatwakan tentang pelarangan penyebaran faham tertentu,” terangnya.

Ketua MUI Kabupaten Dompu, Drs. H Arsyad, Mc menambahkan Islamic State of Iraq and Sham/Syria (ISIS) tidak hanya mengancam eksistensi Irak dan Suriah, tetapi dalam batas tertentu mungkin juga Indonesia. Ini terlihat dari beredarnya video ISIS di Youtube pasca Idul Fitri lalu di mana seorang Abu Muhammad al-Indonesi dengan berapi-api memprovokasi warga Muslim Indonesia untuk menyertai "jihad" ISIS di Levant.

“Keterlibatan segelintir warga Indonesia dalam aksi pergolakan di luar negeri bukan hal baru. Menurut laporan berbagai sumber, ada 30-an atau 50-an warga Indonesia yang turut dalam aksi kekerasan ISIS. Mereka agaknya semula bergabung dengan barisan perlawanan bersenjata terhadap Presiden Bashar al-Assad di Suriah,” ujarnya.

Bisa dipastikan, kata dia, kemunculan ISIS terkait dengan ketidakstabilan  politik dan keamanan di negara-negara Arab. Puncak instabilitas Dunia Arab dewasa ini bermula dengan serbuan Amerika Serikat dan sekutu ke Irak untuk menjatuhkan Presiden Saddam Hussein, Maret 2003. Sejak saat itu, Irak berubah dari salah satu negara terkuat di Timteng menjadi wilayah paling tidak stabil yang membara dengan konflik sektarianisme religio-politik.

Sementara itu, Pimpinan Ponpes Usman bin Affan Dompu, Ustadz Mutaqin mengatakan radikalisme itu menyangkut hal mendasar dalam memegang prinsip agama. Hal itu dibutuhkan sebagai keteguhan dalam ber-Islam.

Terorisme, kata dia, lebih dominan disebabkan imprealisme barat, bukan ideologi agama. Khilafah sesuangguhnya menjadi impian dan isyarat itu sudah disampaikan Nabi Muhammad akan kemunculannya. (BE.25)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait