Bima, Bimakini.com.- Hari ketiga penanganan tanggap darurat kebakaran Bajo Pulo sejak ditetapkan Kamis (26/11/2015) lalu, pemerintah daerah, instansi terkait, dan para relawan menitikberatkan penanganan pada penyediaan air bersih dan kesehatan para korban. Hal itu merupakan hasil Rakor di ruangan kerja Penjabat Bupati Bima, Sabtu (28/11/2015) lalu.
Rakor dihadiri Dandim 1608 Bima Letkol (Arh) Edi Nugraha, SSos, Sekretaris Daerah Kabupaten Bima Drs HM Taufik HAK, MSi, Asisten, dan Kepala SKPD berkaitan.
Penanganan pasca bencana yang terjadi di Bajo Pulo dilakukan secara terintegrasi oleh SKPD berkaitan, seperti BPBD dan sejumlah instansi lainnya termasuk TNI dan Polri. Untuk memastikan berfungsinya kegiatan tanggap darurat ini, Penjabat Bupati Bima, Drs Bachrudin, M Pd, Sabtu (28/11/2015) memimpin Rakor.
Dia kembali menegaskan segala upaya harus dikerahkan untuk membantu warga yang tengah mengalami musibah. Satu di antara prioritas yang dilakukan adalah penyaluran air bersih melalui jirigen karena lebih efektif. Tahap pertama telah dikirim 100 jirigen air minum dengan volume 20 liter. “Diusahakan lagi 100 jirigen sehingga dapat memenuhi kebutuhan air minum warga sehari-hari,” katanya.
Nah, untuk mendukung langkah ini, Sekretaris BPBD Kabupaten Bima, Indra, tim DPD BPBD juga telah menyiapkan tandon air untuk membantu distribusi air minum ini disediakan tangki berkapasitas 5.000 liter. Selain itu, disediakan juga peralatan masak, kompor minyak goreng, dan minyak tanah.
Selain pemenuhan pangan dan sandang, penanganan kesehatan juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bima melalui Tim Gerak Cepat KLB dan Bencana (TGC) yang mengobati warga sejak Kamis (26/11).
Kabid Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dikes, Siti Raodah, SST.Gz , menjelaskan karena kondisi Puskesmas dan Poskesdes yang telah terbakar, sejak Kamis (26/11) layanan pengobatan dilakukan dengan mengaktifkan petugas medis yang berasal dari kecamatan untuk melakukan pengobatan pada empat titik.
Pada saat yang sama, katanya. Dikes menyiagakan armada ambulans di pelabuhan Sape untuk mengantisipasi adanya korban yang dirujuk.
Dia menjelaskan, pengobatan massal di lokasi bencana, pada hari pertama melibatkan 85 warga, kemudian dilanjutkan hari kedua 20 warga. Hari ketiga tim mengobati 17 warga, sehingga total warga yang mendapatkan layanan pengobatan sebanyak 122 orang.
Berkaitan dengan penanganan kesehatan warga ini, kata Raodah, Dikes fokus pada peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) terhadap potensi risiko penyakit pasien pascabencana. Oleh karena itu, Tim GSC memantau secara berkala perkembangan penyakit di lokasi kebakaran.
“Tim juga melakukan identifikasi, memantau sanitasi dan air bersih pada lokasi untuk mendukung upaya ini Dikes juga sudah mengirimkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga setempat,” jelasnya.
Pada sektor sanitasi, memfokuskan pada upaya penyiapan tempat Buang Air Besar (BAB) melalui pembuatan jamban darurat. Hal ini penting untuk mengantisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit pascabencana.
Aspek lainnya yang menjadi perhatian Tim Kesehatan, kata Raodah, yakni “Trauma Healing” melalui rehabilitasi mental anak dan remaja. Untuk ini, Selasa (1/12/2015) akan membuka dapur umum dan petugas konseling untuk melakukan terapi kepada para korban agar tidak mengalami gangguan psikis.
Pembangunan kembali fasilitas kesehatan yang mengalami kebakaran juga menjadi perhatian. Berdasarkan hasil koordinasi Dikes Kabupaten Bima dengan Dikes Provinsi NTB, diperoleh komitmen bahwa pada tahun anggaran 2016, akan membangun Poskesdes menggunakan dana Satker tersebut senilai Rp300 juta.
“Untuk peralatan medis, pada tahun anggaran 2016 akan diprioritaskan di dalam APBD Kabupaten Bima,” terang Raodah. (BE32)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
