
Foto: Adam Saleh (kiri) saat diskusi usai bertemu dengan Wakil Bupati Bima, Dahlan M Noer, Kamis (3/3/2015).
Bima, Bimakini.com.- Kabupaten Bima setidaknya mengalami lima masalah besar. Yakni, konflik yang karut-marut, kemiskinan yang banyak menyebabkan anak putus sekolah, terkikisnya nilai-nilai keagamaan terutama kalangan generasi muda. Selain itu, hutan yang makin habis, penataan pemerintahan yang belum terarah.
Hal itu diungkapkan Dr Adam Saleh, MPd, MSi, usai bertemu Wakil Bupati Bima, Drs Dahlan, MPd, Kamis (3/3/2016) siang.
Pria kelahiran Bima yang mengajar di IAIN Palu ini mengatakan pangkal dari semua masalah itu adalah kemiskinan. Karena kemiskinan bisa melahirkan pengangguran, konflik, masalah ekonomi, dan kriminalitas. “Untuk menyelesaikan semua ini dibutuhkan kekuatan,” ujar penulis buku best seller dengan judul Keajaiban Airmata dan Doa Anak yang Shaleh ini kepada Bimakini.com.
Menurutnya, ada solusi untuk mengatasi masalah itu, yakni menyediakan lapangan kerja dan menanamkan nilai. Tidak cukup baginya hanya menciptakan lapangan kerja, ketika nilai-nilai keagamaan gersang. “Konflik bisa muncul lagi, kalau tidak memiliki nilai sebagai rem dalam melakukan tindakan destruktif. Ada yang memiliki nilai agama atau iman, dapat menahan diri untuk melakukan kriminal, namun juga tidak cukup tanpa kemapanan ekonomi,” terangnya.
Apalagi, kata dia, saat ini kalangan generasi muda sudah banyak meninggalkan nilai-nilai luhur Bima dan Islam. Penelitian yang dilakukannya menunjukkan 80 persen generasi muda taat menjalankan ibadah shalat. “Tapi itu dulu, sekarang saya melihat sudah sebaliknya. Banyak generasi muda yang meninggalkan shalat,” kata peneliti masalah konflik ini.
Doktor dengan distertasi “Konflik Harga Diri (Renda-Ngali)” ini ingin memberikan solusi, yakni menghadirkan sekolah kerja. Namun, sekolah ini perlu program terarah yang dapat mengakomodir kegersangan iman, menggunting rantai kemiskinan, dan menghadirkan pola pikir kaya.
Gagasan ini, kata Adam, akan diwujudkannya di wilayah Tambora, sekaligus ingin menggagas kehadiran Perguruan Tinggi untuk mengakamodir mereka yang putus sekolah dan miskin. Siswa dan mahasiswanya akan mendapatkan program yang berbeda dengan sekolah atau kampus pada umumnya. “Untuk itu butuh dukungan dari Bupati dan Wakil Bupati Bima. Kami tidak akan meminta anggaran, kami hanya butuh kebijakan,” terangnya.
Bahkan, untuk mewujudkan itu, sudah menghibahkan seluruh hasil penjualan buku best sellernya untuk gagasan tersebut. Tidak untuk membeli sarana dan prasarana, namun akan digunakan untuk pengadaan ternak yang nantinya akan dikelola oleh peserta didiknya.
“Saya pikir dengan ternak ini, akan menjadi investasi yang memiliki nilai tambah secara ekonomis. Sekaligus menjadi pekerjaan bagi mereka nantinya,” ujarnya.
Dia mengharapkan, bersama Bupati yang juga memiliki komitmen menghapus Bima sebagai Zona Merah konflik bisa bersinergi. Termasuk ke Pemerintah Pusat untuk mendapatkan dukungan. “Kita bisa meminta dukungan dari Pemerintah Pusat, termasuk langsung ke Presiden,” ujarnya. (BE25)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
