Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Mengayuh Pedal, Berbagi Inspirasi

Wing Sentot Irawan (merah) saat di pelabuhan Bima menuju Makassar

=Sofiyan Asy’ari=

Wing Sentot Irawan, pria yang berdomisili di Lombok ini, memutuskan kampanye lingkungan dengan bersepeda. Sebuah keputusan yang berat bagi orang lain. Namun, dengan bersepeda telah membuka matanya Indonesia itu luas dan beragam.

 

Perawakannya yang tinggi dan kurus, bisa tidak meyakinkan bagi orang lain mampu mengayuh sepeda cukup jauh. Apalagi keliling ASEAN. Ditambah lagi, keputusannya ini hanya dengan modal Rp4 juta. Dukungan dari Dinas Dikpora dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Wing Sentot Irawan sendiri mengaku, dana itu tidak mungkin cukup. Namun niatnya sudah bulat. Latar belakangnya sebagai penyair dan musisi NTB, seolah menjadi jalan yang memudahkannya mengatasi masalah finansial. Di sejumlah tempat yang disinggahinya, mulai dari Bali, pentas di kafe-kafe. Itu berdasarkan saran dari kawannya. Benar juga, dari manggung itu bisa menambah isi dompetnya.

Sebagai bukti pernah menyinggahi sejumlah daerah, maka butuh dokumentasi. Sementara tidak memiliki modal kamera. Saat berangkat, sebenarnya pernah berusaha untuk mendapatkan dukungan kamera, namun tidak ada.

Setiap kesulitan, selalu memberi jalan untuk bisa mengatasinya. Kamera pun akhirnya bisa dimiliki dan dijadikan alat dokumentasi. Karena, foto itulah yang akan berkisah, tentang perjalannya berbagi inspirasi dan kampanye lingkungan.

Aktivitasnya bersepeda, juga melahirkan banyak inspirasi, terutama dalam membuat karya puisi dan lagi. Karya itulah yang dikidungkannya setiap kali pentas diberbagai daerah. Pesan-pesan moral dan sosial, serta kampanye lingkungan diekresikan melalui lirik lagi. “Indonesia ini luas, sangat luas kalau ingin dikelilingi. Mengelilingi Indonesia juga meningkatkan rasa nasionalisme saya,” terangnya di Sekretariat Dewan Kesenian Kota Bima.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Setelah melewati Bali, Pulau Jawa dan Sumatera, perjalanannya dilanjutkan ke Batam, menyebrang ke Singapura, Malaysia, Thailan dan Viatnam. Disetiap negara yang dikunjungi, selalu mendatangi Kedutaan Republik Indonesia. Tujuannya, melaporkan tentang perjalannya dan mendapatkan surat keterangan, pernah datang ke tempat itu.

Dari kedutaan juga kadang memberikannya tambahan bekal untuk misi lingkungannya tersebut. Perjalanan sempat ingin dilanjutnya ke Brunai Darussalam, namun tidak jadi. Diputuskannya kembali ke Indonesia dan Lombok.

Kini misi perjalanan keliling ASEAN itu kembali dilanjutnya. Namun rutenya melewati Bima dan akan menuju Makassar, Mamuju, Palu dan akan ke Kalimantan, menuju perbatasan Brunai Darussalam. Dari negara ini akan melanjutkan lagi ke Malaysia.

Sepeda yang digunakannya pun, hasil dari menambung. Itupun bekas. Sepeda inilah yang menjadi sahabatnya selama perjalanan. Terkadang, menjadi teman bicaranya saat istirahat ditempat-tempat sepi.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Selama beberapa hari di Bima, Wing Sentot Irawan, singgah di sekretariat Dewan Kesenian Kota Bima. Bersama Husain La Odet, Samada dan Egy manggung di sejumlah Kafe, seperti Surf Kafe dan Kantin Yuank.

Lewat syiar atau sajak yang dibuatnya, banyak mengandung pesan tentang linkungan. Selain itu, aktif menulis dan dipulikasi diberbagai media, regional dan nasional, baik cetak maupun online. Pesan lewat karya puisi dan lagi inilah yang dibawanya saat pentas di cafe-cafe atau pun mengamen.

Dari kegiatan manggung ini juga, menggalang donasi untuk kegiatannya berkampanye lingkungan.  Pria berambut gimbal ini, menganggap melalui lagi, pesannya mudah disampaikan. Sempat juga membukukan, beberapa karyanya dan dijual sendiri.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Di Sekretariat Dewan Kesenian ini, Sentot berdiskusi tentang berbagai hal, terutama mengenai budaya, pariwisata di NTB yang tidak kalah dengan Bali. Bima sendiri memang tidak asing baginya, karena memiliki banyak kawan. Karena sudah lama tidak ke Bima, mengaku sempat pangling dengan perubahan yang ada.   

Beberapa pengalaman dikisahkannya, seperti di Sumatera, sempat mengabadikan bagaimana keindahan daerah itu. Bahkan bersemangat untuk mempostingnya dimedia sosial. Segera dicopotnya kartu memory kamera dan memasukkannya ke laptop. Keget, karena memorynya error. “Saya benar-benar stress, karena tidak mungkin kembali lagi untuk mengabadikan momen yang sama,” katanya.

Termasuk melewati kelok 45 yang cukup menguras tenaganya. Bagaimana tidak, harus melewati 45 tanjakan. Tiap beberapa kelok, beristirahat mengumpulkan tenaga, sambil menghitung berapa kelok lagi yang tersisa.

Pengalaman lain yang diperolehnya di Thailand, ketika makan di warung. Karena tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa setempat, maka menggunakan bahasa tubuh. “Masuk warung, saya langsung ambil saja dan makan. Habis itu, bayar dan tinggal mengeluarkan uang, kalau pemilik warung bilang kurang, ya tambah,” katanya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Wing juga mengaku sering lupa dengan barang bawaannya. Seperti sarung tangan, tas air minum dan pompa sepeda. Selain itu, sedikit berbeda dengan pesepeda dari negara lainnya. Barang bawaanya lebih banyak baju. Sedangkan dari negara lain yang dijumpainya, membawa banyak perlengkapan, namun semuanya fungsional, seperti tenda, tenpat masak, dan kebutuhan lainnya.

Sebenarnya ada keinginan untuk memiliki kebutuhan untuk touring seperti itu, namun belum bisa dibelinya. Meski demikian, tidak menghalangi semengatnya untuk berkeliling dan berbagi inspirasi. (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Berita

Jakarta, Bimakini.- NTB, khususnya Pulau Sumbawa memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi salah satu contoh atau rolemodel yang visionable atau berkelanjutan. Hal itu...

CATATAN KHAS KMA

ADALAH Institut Perempuan untuk Perubahan Sosial (InSPIRASI) NTB pada 7 Desember 2019 lalu, mencanangkan gerakan Save Teluk Bima. Kegiatan dua hari itu, menjadi heboh...

Berita

PANITIA Kelas Inspirasi (KI) mengundang secara terbuka para pekerja profesional untuk terlibat sebagai inspirator.  Mereka hadir di depan kelas da diberikan kesempatan mengajar sehari...

Berita

HARI begitu cerah. SDN O’o yang dikeliling pepohonan rimbun di puncak Donggo, lumayan sejuk. kegaduhan siswa yang mengikuti Kelas Inspirasi (KI) membuat sekolah itu...

Berita

  BEL sekolah dipukul lagi oleh fasilitator. Bunyinya nyaring karena dibuat dari potongan besi pipa yang digantung. Jika sebelumnya sebagai aba-aba untuk berganti kelas,...