
ilustrasi
Publik Mbojo kembali dikejutkan oleh sejumlah kejadian yang muaranya mengindikasikan kegagalan memaknai inti pesan Ramadan. Antara melalui ekspresi dua kubu yang selama ini terlibat kontroversi pembagian los pasar Tente kejar-kejaran di areal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bima. Mereka terprovokasi suasana yang membangkitkan emosi. Untungnya bisa dilerai dan tidak menimbulkan implikasi luas saat itu. Hingga kini penyelesaian masalah itu belum menemukan titik temu yang melegakan. Pada sisi lain, kita juga dikejutkan kejadian konflik antarremaja dan pencurian uang belasan juta pada jok sepeda motor karyawan toko.
Ya, deretan kejadian ini memberi warna buruk dalam suasana ber-Ramadan kita. Sejatinya Ramadan adalah bulan pendidikan (tarbiyah) dan pengendalian diri, menggembleng jiwa Muslim agar menapaki lorong takwa. Ramadan inilah kesempatan menambah ritme, intensitas, kualitas, dan warna ibadah untuk membangun kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.
Dalam Ramadan, segala amalan shalih dilipatgandakan. Tentunya pula segala kemungkaran dan kemaksiatan yang mewujud selama Ramadan akan diganjar dalam kelipatan lebih pula. Dalam bahasa lain, jika amalan yang dilakukan pada tempat dan waktu istimewa dibandrol pahala berlipat, maka tindakan kejahatan dalam ganjaran yang lebih pula. Kita jangan hanya larut dalam keutamaan Ramadan, tanpa menoleh kritis pada sisi dampak pembangkangannya.
Oleh karena itu, Ramadan sebagai bulan tarbiyah mesti mampu dihayati melalui sikap, tindakan, dan bahkan hentakan niat yang terbetik di hati. Kesadaran menempa diri melalui ibadah puasa akan menjadi bekal untuk mengarungi tantangan ke depan. Semoga intensitas perbuatan yang secara terbuka muncul dalam dinamika sosial kita ke depan semakin rendah, sekaligus sebagai sinyal ketertundukan kita pada syariat Allah. Mari menjadikan puasa untuk membasuh kekotoran jiwa menuju pribadi yang lebih shaleh.
Tarbiyah Ramadan adalah kesempata emas mendalami makna kehadirannya. Masalahnya, kita tidak punya jaminan apapun bisa menjumpai Ramadan lagi, bahkan untuk menghirup udara kota ini esok hari. Mumpung lintasan sedang bergulir, mari renungilah pesan Ramadam ini. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
