Kota Bima, Bimakini.com.- Generasi muda saat ini memiliki posisi penting dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKR). Indonesia adalah negara yang kaya, baik kemajemukan rakyatnya, maupun kekayaan alamnya. Hal itu dikatakan Dandim 1608 Bima, Letkol ARH. Edy Nugraha S.Sos, saat sambutan pada acara Dialog Kebangsaan oleh HMI Cabang Bima, Rabu (24/8/2016).
Dikatakan Edy, jika masa penjajahan, terlihat jelas, pihak yang ingin menguasai Indonesia. Bahkan, rakyat Indonesia mengangkat senjata memberi perlawanan.
“Kalau jaman sekarang tentu yang ingin menguasai NKRI tidak tampak terlihat. Nah, pemuda saat ini sebagai generasi pastinya 10 sampai 20 tahun lagi akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia. Jika pemudanya hancur maka jadi apa Indonesia ini,” ujarnya di aula KODIM 1608 Bima.
Untuk itu, Edy mengajak kepada seluruh pemuda, bahu membahu menyelamatkan NKRI. Melakukan kegiatan-kegiatan positif yang berguna bagi bangsa Indonesia. “Saya berterimakasih kepada HMI yang telah menggagas kegiatan ini. Kami juga membuka ruang kepada siapapun untuk menggunakan aula Kodim, sepanjang bersifat positif,” terangnya.
Apresiasi kegiatan Dialog Kebangsaan juga disampaikan oleh Sugiarto dari Kesbangpoldagri Kota Bima. Apalagi belakangan ini masalah wawasan kebangsaan kembali dibincangkan. “Pola pikir kita perlu diingatkan kembali kepada wawasan kebangsaan, mungkin juga kita lupa,” ujarnya.
Apalagi, kata Sugiarto, Kota Bima saat ini masih dianggap daerah berkembangnya terorisme. Selain itu, konflik kerap muncul karena persoalan sepele. “Mudah-mudahan ada sumbangsih pemikiran dari generasi muda mengenai solusinya, pemerintah Kota Bima sangat terbuka,” ujarnya.
Ketua DPD KNPI Kota Bima, Dzul Amirulhaq menilai kegiatan yang dilakukan HMI positif. “Saat ini, diruangan ini mungkin ada sekitar 80 orang yang sedang memikirkan bangsa Indonesia, mungkin diluar sana ada 80.000 pemuda yang disorientasi tidak jelas kemana, mungkin masuk ke golongan ini dan itu, menjadi kurir narkoba atau pelaku konflik lainnya.” ujarnya.
Dia juga setuju jika Bima dianggap sebagai zona merah terorisme. Buktinya tahun 2012 Nurdin M. Top terlihat di Bima. Demikian juga Santoso menikah dengan gadis Bima. “Ini baru satu sisi dengan radikal keagamaan. Tetapi ada juga terorisme dan radikalime yang tidak mengatas namakan agama, yaitu narkoba,” ujarnya.
Atas persoalan tersebut, kata dia, maka perlu membangun sinergitas dan kolektifitas membangun jiwa nasionalisme. “Organisasi seperti kita ini harus rajin menggelar diskusi-diskusi tentang wawasan kebangsaan seperti ini,” ujarnya.
Narasumber lain pada kegiatan tersebut, Syech Fathurrahman, S.Ag., M.Hi dan Kapten Junaidin, S.Sos. (BK.25)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.