Connect with us

Ketik yang Anda cari

Ekonomi

Inflasi Daerah, Bima Tertinggi

ilustrasi

ilustrasi

Kota Bima, Bimakini.com.- Ada kabar tidak bagus yang disampaikan Wakil Wali Kota Bima, H A Rahman H Abidin, SE, saat memimpin apel gabungan aparatur  di halaman Pemkot Bima. Hasil rakor seluruh Kepala Daerah bersama Presiden Joko Widodo di Jakarta, disebutkan  inflasi daerah keempat tertinggi secara nasional terjadi di Bima. “Tidak disebutkan Bima yang mana, Kota apa Kabupaten,” katanya.

Diingatkannya, kabar tidak bagus itu mesti menjadi renungan bahan dan catatan bagi daerah. Tidak perlu dipastikan apakah rapor yang disebutkan Pemerintah Pusat  itu ditujukan pada Kota ataukan Kabupaten Bima. “Anggap saja Kota Bima,” ujarnya.

Meski saat Rakor itu  Presiden tidak menyebutkan berapa angka inflasi daerah Bima, dia meminta pada Tim Inflasi Daerah (TID) Kota Bima, tidak saja menyerap informasi dan berpikir. Tetapi, segera mencari solusi dan formula yang tepat untuk keluar dari inflasi dimaksud.

Kata Rahman, TID pasti mengetahui cara keluar dari permasalahan tersebut, jika memang kabar tersebut memang ditujukan pada Kota Bima. Sisi mana saja yang menyebabkan  tingkat inflasi daerah menjadi meninggi seperti itu. Apakah ada harga barang yang melonjak dan lain sebagainya. “Tolong dianalisis dan diinformasikan agar bisa diselesaikan secara bersama,” pintanya.

Informasi pusat itu, kata Wawali, minimal menjadi  isyarat bagi daerah dan pemangku kepentingan  bekerja lebih keras, sehingga keluar dari keterpurukan atau tidak terjadi pembengkakan inflasi daerah.

 Berdasarkan  abstraksi Badan Pusat Statisitik Kota Bima yang dirilis 2 Agustus 2016,

bulan Juli 2016 Kota Bima mengalami inflasi sebesar 0,92 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,61. Dari 82 kota, 78 kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami deflasi. Angka inflasi Kota Bima menempati posisi 28 rangking nasional.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandang 2,34 persen dan Kota Bengkulu sebesar 1,74 persen. Inflasi terendah terjadi di Kota Gorontalo sebesar 0,06 persen dan Kota Medan sebesar 0,07 persen.

Deflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura 1,10 persen dan Kota Kupang 0,35 persen. Deflasi terendah terjadi di Kota Maumere 0,05 persen dan Kota Merauke sebesar 0,09 persen.

Masih berdasarkan data BPS Kota Bima, inflasi  Kota Bima pada bulan Juli 2016 dipengaruhi   kenaikan indeks pada enam kelompok,  satu kelompok lainnya mengalami deflasi. Enam kelompok yang mengalami inflasi, yaitu kelompok bahan makanan inflasi 1,84 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,30 persen, kelompok sandang inflasi sebesar 0,69 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen.

Selain itu, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,05 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan inflasi 2,46 persen. Satu kelompok lainnya yaitu kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami deflasi sebesar 0,25 persen.

Laju inflasi tahun kalender (Januari-Juli 2016) sebesar 3,51 persen dan laju inflasi “year on year” (Juli 2016 terhadap Juli 2015) sebesar 6,26 persen.  Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah tomat sayur  0,4331 persen, angkutan udara 0,3696 persen, bandeng/bolu  0,1279 persen, beras 0,1075 persen, ikat teri 0,0507 persen, bayam  0,0491 persen, ikan asin belah  0,0408 persen, daging sapi  0,0391 persen, emas perhiasan  0,0344 persen, gula pasir 0,0314 persen, dan tauge/kecambah  sebesar 0,0272 persen.

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi adalah daging ayam ras 0,1072 persen, bahan bakar rumah-tangga 0,0677 persen, daun kelor 0,0426 persen, wortel 0,0327 persen, ayam hidup 0,0274 persen,  kol putih/kubis 0,0271 persen, daun singkong 0,0270 persen, kangklung 0,0269 persen, salak   0,0242 persen, kembung/gembung/banyar/gembolo/aso-aso 0,0212 persen, layang/benggol  0,0207 persen, pisang  0,0191 persen, dan tahu-mentah  0,0188 persen. (BE28)

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait