
Warga yang berkeruman saat penemuan mayat Husen.
Bima, Bimakini.- Hadijah, putri almarhum Husen Abakar, pria yang ditemukan telah menjadi mayat oleh warga Desa Monggo, mengaku bahwa ayahnya keluar dari rumah sejak Kamis (9/9) sekitar pukul 15.00 Wita. Hadijah madalah anak pertama dari lima bersaudara yang merupakan buah perkawinan almaarhum dengan istrinya Mahani, yang saat ini berdomisili di RT 04 RW 02 Desa Tumpu, Kecamatan Bolo.
‘’Bapak minta pamit sama ibu untuk silaturahmi dengan keluarga yang ada di Desa Monggo, Kecamatan Madapangga pada Kamis siang kemarin,” jelasnya saat dikonfirmasi di rumah duka pascapemakaman jenazah ayahnya pada Sabtu (10/9) siang.
Menurutnya, setelah minta pamit, maka sejak itupula Husen tidak pernah kembali ke rumah sampai mayatnya ditemukan oleh warga Monggo pada Jumat siang.
Baca juga: Mayat ini Ditemukan Warga Monggo
Lanjutnya, sebelum mayat ditemukan, pihaknya didatangi oleh orang yang memberikan informasi beberapa saat usai sholat Jumat bahwa sepeda motor ayahnya yang dipergunakan saat pamit untuk silaturahmi ke Desa Monggo, ditemukan oleh warga. Untuk mengecek kebenarannya, ia disuruh untuk mengecek apa benar motor milik ayahnya atau bukan. Ditanya siapa yang beritaahu soal temuan motor itu, Hadijah tidak menyebutkannya.
Setelah mendapatkan informasi yang demikian, lanjunya, dirinya bergegas untuk menuju tempat seperti yang diinfornasikan. ‘’Sesampai di lokasi ternyata motor saat itu sudah diamankan di rumah Kades memang adalah motor ayah saya,” akunya dengan nada sedih.
Baca juga: Jenazah Husen sudah Dimakamkan di Tumpu
Curiga atas temuan motor yang dipakai ayahnya itu, ia bersama warga meudian mencari ayahnya di sekitar tempat ditemukannya motor itu. ‘’Kami mulai mencari ayah di sekitar motor ditemukan oleh warga. Warga akhirnya menemukan mayat ayah di semak-semak di sebelah barat lapangan Bola Desa Monggo pada Jumat siang kemarin,” kisahnya.
Hadijah mengaku, saat mayat ayahnya ditemukan oleh sejumlah warga di mana dia juga berada di lokasi itu, dirinya tidak tega dan tidak sampai hati untuk melihat secara langsung. “Saya tidak tega untuk melihat secara langsung sosok mayat ayah saya saat ditemukan,” akunya.
Atas kematian ayahnya tersebut, yang mewakili seluruh keluarga bahwa pihaknya dengan lapang dada menerima sekaligus kepergian alm dianggap sebagai azal atau takdir dari yang Maha Kuasa. ‘’Kita pasrah dan menganggap kepergian ayah sebagai hal yang wajar dan kami tidak ingin diusut secara hukum,” tegasnya.
Karena pihak keluarga menerima kematian almarhum, akhirnya mereka juga menolak jasadnya untuk dilakukan autopsi oleh pihak aparat Kepolisian. (BK.29)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
