ADA kabar menggembirakan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bima soal pemanfaatan Gelanggang Olah Raga (GOR) Mini di Kelurahan Rabangodu Utara. Fasilitas yang hingga kini terbengkalai itu mubazir berada di tengah kota. Pembangunannya bermasalah, namun solusi pemfungsiannya belum ada. Merusak estetika Kota Bima, karena kesan semrawut dan dijadikan kandang ternak. Kini ada ada rencana dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga (Dikpora) Kota Bima mengubahnya menjadi Taman Budaya. Suatu media yang akan menjadi pusat kegiatan seni dan budaya masyarakat. Tentu saja ini kabar menarik, terutama bagi kaum muda yang selama ini meresahkan hilangnya nilai-nilai identitas budaya Mbojo. Semoga saja cepat terealisasi.
Kita mengharapkan rencana itu segera terealisasi dan didukung penuh oleh semua pihak. Taman Budaya memang mendesak dibangun untuk memfasilitasi hasrat membara kaum muda yang ingin ada media yang menjadi pusat kegiatan pelestarian dan pengembangan budaya. Beragam kasus Curanmor, pembunuhan, penjambretan, Miras, dan asusila yang selama ini melibatkan kaum muda ditengarai karena memudarnya internalisasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Kaum muda terjebak situasi global yang menawarkan hal-hal instan, pengaruhnya sangat kuat, bahkan memasuki ruang-ruang privat. Nah, dari kondisi itu aspek budaya dan nilai lokal harus diperkuat agar mampu memfilter budaya dan kebiasaan luar yang tidak berseiringan dengan peradaban luhur. Dalam bahasa lain, Taman Budaya bisa menjadi arena mengartikulasikan dan menyemai nilai-nilai tradisi Bima.
Tentu saja kita tidak boleh kehilangan momentum menanamkan nilai karakter dan perlu segera menguatkannya pada kaum muda. Mereka adalah ‘bahan baku’ bagi masa depan daerah ini. Nah, Taman Budaya diharapkan menjadi semacam gelanggang yang menghangatkan dinamika masyarakat agar tidak kehilangan arah budayanya sendiri. Semoga bisa mengganti fungsi Paruga Nae sebelumnya yang sarat kegiatan budaya. Sekali lagi, gagasan metamorfosa GOR Mini menjadi Taman Budaya diharapkan segera terealisasi.
Kini masalahnya adalah bagaimana meyakinkan wakil rakyat agar tidak ‘memarkir’ usulan itu dalam skala prioritas. Pada titik ini, mari kita mengawalnya hingga palu legislatif diketuk…(*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.