Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Warga Bima Harus Sabar, Gelar Pahlawan Nasional Luput

Sultan Muhammad Salahuddin (1888-1951)

Sultan Muhammad Salahuddin (1888-1951)

Jakarta, Bimakini.- Salah satu usulan untuk pemberian gelar Pahlawan Nasional adalah Sultan Muhammad Salahuddin Bima. Namun, Rabu, 9 November 2016 gelar Pahlawan Nasional diberikan oleh Presiden RI, Joko Widodo kepada tokoh Nahdlatul Ulama, Alm. K.H.R. As’ad Syamsul Arifin.

Nampaknya, warga Bima harus bersabar menunggu pemberian gelar bagi Sultan Muhammad Salahuddin Bima sebagai Pahlawan Nasional. Sebelumnya, beredar kabar, jika Sultan Muhammad Salahuddin Bima masuk dalam daftar yang diberi anugrah tahun ini.

Seperti diberitakan situas Kantor Staf Presiden dalam upacara yang digelar di Istana Negara itu, Rabu (9/11/2016) Presiden Jokowi juga menganugerahkan Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Mahaputera Utama kepada Alm. Mayjen TNI (Purn) Andi Mattalatta dan Alm. Letkol inf. (Anumerta) Mohammad Sroedji.

Upacara diawali dengan pembacaan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 90/TK/2016 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional oleh Sekretaris Militer Presiden selaku Sekretaris Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, Marsekal Pertama TNI Trisno Hendradi.

Di akhir upacara, Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan ucapan selamat kepada ahli waris penerima Gelar Pahlawan Nasional diikuti oleh tamu undangan lainnya. Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah anggota Menteri Kabinet Kerja.

K.H.R. As’ad Syamsul Arifin lahir pada tahun 1897 di Mekkah dan meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo pada umur 93 tahun. Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Ia adalah ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama dengan jabatan terakhir sebagai Dewan Penasihat (Musytasar) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hingga akhir hayatnya. K.H.R. As’ad Syamsul Arifin merupakan tokoh yang ikut berperan menggerakkan rakyat dan santri, khususnya dari Jawa Timur, saat Pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya.

Sementara itu, Mayjen TNI (Purn) Andi Mattalatta lahir di Barru, Sulawesi Selatan, 1 September 1920 dan meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 16 Oktober 2004 pada umur 84 tahun. Beliau adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Bugis yang juga tokoh olahraga Indonesia terutama dalam olahraga renang, ski air dan tinju. Ia juga merupakan ketua penyelenggara PON IV di Makassar. Ia juga merupakan ayah dari penyanyi Indonesia, Andi Meriem Mattalata. Atas jasa-jasanya namanya diabadikan sebagai nama stadion di Makassar yaitu Stadion Andi Mattalata.

Adapun Letkol inf. (Anumerta) Mohammad Sroedji dilahirkan di Bangkalan-Madura, pada 1 Februari 1915 dan meninggal pada 8 Februari 1949 pada pertempuran di Jember, Jawa Timur. Sroedji merupakan tentara yang berjuang di Kabupaten Jember melawan penjajah Belanda. Pejuang tersebut wafat akibat berondongan peluru pasukan Belanda pada tahun 1949. (KSP/BK.25)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait