Bima, Bimakini.- Penanganan masalah gizi buruk di Kabupaten Bima, butuh kerjasama lintas sektor. Karena gizi buruk menjadi masalah serius yang harus ditangani bersama.
Hal itu terungkap dalam Rapat Advokasi dan Koordinasi Lintas Program/Lintas Sektor Dukungan Aspek Legal Pelayanan Gizi, Manajemen Obat, Gizi dan Penguatan Sistem Rujukan Tingkat Kabupaten Bima di aula Kantor Dinas Kesehatan, Kamis (8/12/2016).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bima yang diwakili Sekretaris Muh Saleh M. Ap mengatakan rapat advokasi dan kkordinasi ini melibatkan 20 peserta dari berbagai instansi. Pasalnya, 70 persen penanganan gizi buruk butuh kerjasama lintas aktor.
“70 persen penanganan masalah gizi memerlukan dukungan lintas sektor, lintas program dan dukungan masyarakat,” kata Saleh.
Dikatakannya, sejak 2014 dukungan anggaran untuk penanganan gizi buruk meningkat signifikan dari sebelumnya Rp. 1 miliar menjadi Rp 5 miliar. Sehingga Pemeritah Kabupaten Bima mendapatkan penghargaan MDGs Award atas inisiatif “Peluncuran Kelas Gizi”.
Karena itu, kata dia, agar penanganan kasus gizi berjalan efektif dan optimal, maka dukungan lintas sektoral amat diperlukan. Karena itu, instansi terkait dapat memberikan masukan bagi peningkatan kinerja pelayanan gizi untuk dipadu serasikan dalam mendukung program yang ada.
Pada kesempatan tersebut salah seorang narasumber, Umar SKM yang memaparkan program gizi dan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (PKM) mengatakan indikator keluarga sehat yaitu mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Melaksanakan persalinan di fasilitas kesehatan, memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan melakukan imunisasi dasar secara lengkap pada bayi.
Sementara itu pemateri lainnya, Kasi Gizi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, Tita Masita, M.Si yang memaparkan Kebijakan Percepatan Penurunan berat badan kurang, stunting dan wasting pada balita serta anemia pada ibu hamil 2017. Dijelaskannya, dampak kurang gizi pada awal kehidupan yaitu 1.000 hari pertama. Itu akan berpengaruh terhadap keberlanjutan kualitas sumber daya manusia.
“Masalah ini akan menyebabkan terjadinya gagal tumbuh, berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus dan daya tahan tubuh lemah. Juga berpengaruh pada perkembangan kognisi dan keberhasilan pendidikan. Selanjutnya hal ini juga menyebabkan menurunnya produktivitas pada usia dewasa serta gangguan pada metabolisme tubuh,” terangnya.
Kasus pada 10 kabupaten/kota di NTB, Kabupaten Bima sama seperti daerah lainnya, termasuk kategori akut kronis dengan indeks 26,0 untuk stunting (bodi pendek) dan 13,5 untuk anak-anak kurus dan menempati urutan ke-6 dari semua daerah se-NTB. (BK.25)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.