Bima, Bimakini.- Insiden pelemparan guru terjadi di SMPN 1 Woha Kabupaten Bima, Sabtu (22/01) lalu. Oknum siswa, AFS, dilaporkan melempari Guru Matematika sekolah setempat, Muhammad, menggunakan batu- bata. Insiden memalukan itu terjadi saat Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) berlangsung.
Merespons kasus itu, Sselasa (24/01/2017), Dewan Guru menggelar rapat bersama Komite, PGRI Kecamatan dan Kepala Sekolah (Kasek) di aula sekolah setempat. Saat itu, guru mendesak Kasek Burhanuddin, SPd, mengeluarkan siswa itu.
Suasana rapat diwarnai berbagai usulan, sekaligus mendesak Kasek segera bersikap tegas. Mengeluarkam atau memindahkan AFS, karena dikuatirkan mengulangi perbuatannya.
Rapat diawali penuturan kronologis oleh Guru setempat, Syahruddin, SPd, saksi mata insiden itu. Syahruddin menjelaskan, pelemparan terjadi saat pelajaran kelima atau pukul 11. 50 WITA.
Saat itu, AFS masuk di halaman sekolah bersama kakeknya dan langsung menuju ruangan IX 12. Ketika ditanya mau kemana, keduanya tidak menyahut.
“Anak itu langsung ngamuk depan saya dan mencari orang yang mau diajak berkelahi, memegang batu besar di tangannya,” jelasnya.
Dibeberkannnya, dua kali melempar, namun tidak mengenai guru maupun siswa. Namun, saat lemparan ketiga, menggunakan batu-bata itu dan mengenai Guru Matematika, Muhammad, yang keluar dari ruangan tersebut. Lemparan itu mengenai paha kanan.
Saat itu, Muhammad dibangunkan oleh siswa karena tidak bisa berjalan. Parahnya lagi, sang kakek tidak menegur cucunya itu, justru membiarkannya.
“Saya nasehati baik-baik dan menyuruh agar minta maaf, namun saat itu juga siswa mengancam akan menunggu guru di luar lingkungan sekolah,” terangnya.
Guru setempat, Syamsuddin, SPd, mengatakan peristiwa ini kenakalan anak-anak dan dilindungi oleh HAM. Namun, HAM itu ada batasnya, bukan dilakukan semena- mena oleh manusia.
Perbuatan siswa ini bukan lagi kenakalan, namun berusaha membunuh secara berencana bersama wali muridnya.
“Karena sebelumnya sudah ada upaya pencegahan oleh seorang guru, namun tetap dilakukan di depan hadapan kakeknya sendiri. Ini sudah fatal terjadi di lingkungan sekolah,” jelasnya.
Dia menyayangkan, pascakejadian, tidak ada penanganan dari pihak sekolah. Sampai saat ini Kasek mengaku baru mengetahui kejadian, padahal sudah dua hari berlalu.
“Siswa bersangkutan wajib dikembalikan kepada orang tua atau skorsing, supaya bisa dibina oleh orang tuanya. Supaya orang tua bisa merasakan menjadi seorang guru,” terangnya.
Guru lainnya, Nurjanah, SPd, mengatakan, ini baru pelemparan dilakukan siswa terhadap guru. Kalau tidak disikapi serius, maka bisa jadi pembunuhan dilakukan siswa terhadap guru.
“Kami tidak mengharapkan itu terjadi, karena kami sudah berusaha maksimal mendidik siswa bersangkutan, namun kemampuan kami dibalas dengan panganiayaan. Kami minta dikeluarkan atau dipindahkan saja,” harapnya. (BK34)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.