Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Kejutan lain Pascabanjir

FOTO NASIR: Warga dari berbagai kelurahan di Kota Bima saat mencuci pakaian di sungai Dodu.

BANJIR bandang dalam dua episode telah meredam dan melabrak permukiman warga  Kota Bima, akhir Desember 2016 lalu. Masyarakat korban kelabakan. Tidak ada yang meninggal saat kejadian, tetapi setelah itu merenggut nyawa sekitar lima warga yang terimbas. Kini duka itu  masihlah melekat. Gurat kesedihan masih terpahat rapi, meskipun ada sunggingan senyum yang terlihat tipis di sudut bibir. Setelah sebulan lebih berlalu, kejutan-kejutan lainnya pun bermunculan dari berbagai sisi.

Di bilik birokrasi, ada sebagian oknum aparat yang lalai dalam menyajikan data para korban banjir. Bahkan, ada yang diduga memotong dana bantuan.   Masyarakat yang merasa dirugikan protes. Mereka meradang. Suatu kasus memalukan yang kini sedang ditangani Inspektorat. Pada sisi cuaca, masyarakat Kota dan Kabupaten Bima masih dikejutkan letupan-letupan hujan yang mengguyur deras pada siang, sore, dan dinihari. Di tengah efek traumatik yang masih terasa, kepungan cuaca tidak bersahabat masih setia mengintai. Semoga tidak ada lagi banjir edisi lanjutan yang memicu jantung masyarakat berdetak lebih kencang lagi. Hingga kini, jika hujan deras mengguyur, masyarakat mengintip sungai dan bendungan untuk mengetahui pergerakan debit dan arus air.

Di luar itu, ada satu letupan lagi yang kini mengganjal.  Seluruh pipa jaringan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bima pada semua titik aktivitas penggalian drainase penanggulangan pascabanjir di  Kota Bima, rusak. Penyaluran air  pun lumpuh total. Peralatan berat yang dikerahkan, tanpa banyak perhitungan langsung menancapkan ‘sendok besarnya’ ke tanah dan melibas apa saja di dalamnya. Pipa air remuk-redam! Kabel perusahaan telekomunikasi    terpotong-potong. Nilai kerusakan pipa itu mencapai Rp1,8 miliar. Eksekusi anggaran nanti ditentukan oleh Provinsi dan Pusat.  Kondisi becek menganggu arus lalulintas di tengah gang dan pintu masuk rumah melalui alat darurat.  Seperti bahasa pihak PDAM Bima, lengkap sudah kerusakan akibat banjir bandang. Semua sudah lumpuh.
Gambaran ketidaknyamanan di atas harus dimaknai mendalam. Itulah ujian kesabaran lanjutan bagi masyarakat Kota Bima. Materi ujian   yang oleh Mensos RI, Khofifah Indar Parawansa, disebut sebagai tahapan kenaikan kelas. Untuk menguji siapa yang layak naik kelas.  Kita mengharapkan materi protes masyarakat soal pendataan segera diselesaikan. Butiran hujan yang mengguyur merupakan rahmat,     bukan bencana. Pipa PDAM Bima segera terpasang. Demikian juga kabel telekomunikasi. Semoga badai ini segera berlalu dan kita kembali menata kehidupan. Lalu berkontemplasi dan merefleksikan kehidupan.

Pertanyaannya, masih tersisa kekuatan mental dan semangat untuk menghadapinya? Tentu saja harus! Kita tidak boleh patah arang. Harus tegar di atas penderitaan. Setelah kesulitan, pasti ada kemudahan. (*)

 

 

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Politik

Kota Bima, Bimakini.- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bima melalui Surat Keputusan KPU Kota Bima Nomor: 109/PL.02.2.BA/4/2024 menetapkan, jumlah syarat minimal dukungan bakal Pasangan...

Politik

Kota Bima, Bimakini.-  Pembentukan Calon Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB serta Wali...

Politik

Mataram, Bimakini.- DPD PDI Perjuangan angkat bicara terkait mundurnya H. Lalu Budi Suryata sebagai Sekretaris DPD PDI Perjuangan NTB dan sekaligus sebagai kader Partai...

Peristiwa

Dompu, Bimakini – Setelah bentrokan terjadi antara massa aksi dari Aliansi Tani Menggugat yang menuntut kenaikan harga jagung dengan aparat Kepolisian di Kecamatan Manggelewa...

Politik

Kota Bima, Bimakini.- Setekah mendapat surat tugas sebagai Calon Wakil Wali Kota Bima pada Pilakda 2024, Ketua DPD Golkar Kota Bima, Alfian Indrawirawan, menyebut...