Connect with us

Ketik yang Anda cari

Ekonomi

Obral ‘Pakaian Banjir’ Diincar Warga

FOTO DEDY: Warga yang mengerubiti barang yang diobaral pedagang di kompleks pertokoan Kota Bima.

Kota Bima, Bimakini.- Untuk menutupi sebagian kerugian yang dialaminya, puluhan toko khusus menjual pakaian di kompleks pertokoan pasar raya Kota Bima terpaksa mengobral. Sontak aktivitas sudah berjalan dua hari terakhir itu ramai dikunjungi masyarakat.

Pantauan Bimeks, Kamis (12/01)  siang, tidak saja warga Kota Bima yang mengerubuti. Konsumen dari luar kota tidak ketinggalan memborong barang diobral para pedagang tersebut. Mereka melepasnya dalam harga murah dan diobral di emperan pertokoan.

Pemilik Toko Matahari, H Iskandar, mengaku merugi ratusan juta akibat  banjir bandang beberapa waktu lalu. Dia mengaku baru saja membeli  banyak produk dagangannya, karena bertepatan menjelang Natal dan Tahun Baru. “Semua rusak Pak, tidak ada yang bisa diselamatkan. Untuk tutupi kerugian kita terpaksa mencuci agar bisa diobral,” ujarnya.

Diakui Iskandar, tinggi banjir di pertokoan Bima sampai 1,5 meter, semua barang yang berada di bagian bawah, termasuk di etalase tidak ada yang terselamatkan. Semuanya rusak. Hanya sebagian kecil barang yang berada digantung saja yang dapat diselamatkan.

Kondisi yang menambah parah bukan saja karena banjir, tetapi bercampur lumpur. Bahkan, banjir pada Jumat  yang begitu besar kembali menghanyutkan barang-barang yang sempat diselamatkan.

Nah, karena merugi, terpaksa barang-barang yang terendam air dan lumpur dicuci kembali. Itu pun tidak murah, harus mengeluarkan dana Rp700 ribu setiap hari untuk tujuh tukang cuci selama sepekan. “Daripada nggak laku dijual, lebih baik kita obral saja. Ini juga barang baru hanya terendam banjir saja, kita jual bukan setengah hari lagi Pak, tapi banting harga,” keluhnya.

Diakui Iskandar, untuk celana berbahan Levis harga normal Rp250 ribu, diobral sampai Rp80 ribu saja. Begitu pun baju yang harga sebenarnya Rp100 ribu, dijual Rp40 ribu.

Saat buka obral pertama, diakuinya sangat ramai. Sampai memacetklan jalanan, karena baru pertama membuka obral barang bekas banjir. “Sekarang sudah semua obral barang bekas banjir,” katanya.

Dia berharap ada deteksi dini kalau ada banjir, agar tidak merugikan pedagang. Kalau seperti ini rugi terus tidak bisa lagi mencari nafkah.

Begitu pun dikatakan, Ahmad. Dia mengaku tidak dapat berbuat banyak, untuk menutup kerugian yang begitu besar dialaminya, semua produk yang terkena banjir terpaksa diobral. Sama seperti pertokoan yang lain, harus mengeluarkan uang ekstra juga untuk biaya mencuci pakaian.

Walaupun demikian, diakuinya, masih  dapat dijual dan laku walaupun harganya jauh dari modal. “Daripada rusak disimpan lebih baik diobral,” ujarnya. (BK32)

 

 

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait