Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Begini Kondisi Raba Semen Sape setelah Dibenahi…

FOTO BIM: Anak-anak yang menikmati suasana baru di Raba Semen Sape, Minggu siang lalu.

Bima, Bimakini.- Perbaikan Bendungan Sape (masyarakat menyebutnya Raba Semen) hingga kini terus dilakukan. Berkat tindakan cepat pemerintah dan dukungan masyarakat, bendungan yang dijebol banjir pada sisi Utara itu kini sudah menampung air. Parit yang sebelumnya kering kerontang, kini mengalir lancar.

Bahkan, pada areal penampungan kedalamannya lebih dari ukuran orang dewasa.  Kondisi itu didukung pemasangan bronjong dan terpal untuk menahan air. Areal itu kini dijadikan tempat bermain dan mandi anak-anak. Di sisi barat, para pemilik kuda menjadikannya tempat memandikan hewan peliharaannya.

Seperti yang terlihat Minggu (26/02) lalu. Sejumlah anak-anak anak-anak terlihat di lokasi sekitar pukul 16.00 WITA. Demikian juga warga yang memandikan kuda.

Bocah asal Desa Raioi, Juli, mengaku hampir setiap hari mandi di lokasi itu bersama teman-temannya.  Setelah perbaikan, anak-anak dari desa lainnya berdatangan menikmati penampungan air yang lebih banyak dari sebelumnya. “Saya tadi mandi di sini,” katanya di lokasi.

Pantauan di lokasi, peralatan berat terus mengeruk sisi Utara bendungan yang sebelumnya jebol. Kerusakan itu masih tampak hingga saat ini. Selain menyebabkan tergerusnya lahan di Utara, arus banjir juga merobohkan sebagian pagar SMAN 2 Sape. Jika perluasan areal bendungan ini rampung, maka volume air yang tertampung akan jauh lebih banyak.

FOTO BIM: Pemilik kuda memandikan hewan peliharaannya di sisi Barat bendungan, Minggu siang lalu.

Sebelumnya kerusakan bendungan itu menyebabkan munculnya “sungai baru” yang diterobos banjir. Akibatnya air yang biasanya tertampung, langsung ke jalur sungai. Parit tidak kebagian jatah. Para petani menguatirkan, kalau Raba Semen tidak segera diperbaiki, maka ratusan hektare areal pertanian pada sejumlah desa terancam mengering.

Masyarakat Sape menyebutnya bendungan itu dengan Raba Semen. Bendungan peninggalan Belanda itu hingga kini masih kokoh dan pada masa dulu merupakan satusatunya yang dibangun permanen atau menggunakan semen. Pada wilayah lain, untuk menampung air, masyarakat menggunakan cara tradisional. Misalnya memasang ranting pepohonan yang ditindih batu.

Pada era tahun 80-an dan 90-an, bendungan Sape ramai dikunjungi anak-anak yang mandi. Namun, seiring perjalanan waktu, terjadi sedimentasi atau pendangkalan sehingga menyebabkan areal penampung lebih sempit. Apalagi, araeal sawah di pinggir bendungan itu semakin mendekat pascabanjir yang terjadi setiap kesempatan.  (BK22)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait