Bima, Bimakini.- Namanya Pulau Ular. Bukan hanya sekedar nama. Namun, dihuni oleh ratusan berbagai jenis dan ukuran ular. Sejauh penelusuran, belum ada di tempat lain baik dalam skala nasional maupun internasional. Hanya ada di Desa Pai Kecamatan Wera Kabupaten Bima.
Bagi wisatawan tidak perlu kesulitan mengetahui tempatnya. Sebab pulau ini bersebelahan langsung dengan destinasi wisata lainnya, bernama Pulau Gili Banta dan Torowamba yang dimiliki Kabupaten Bima.
Dalam ingatan masyarakat Bima, nama Pulau Ular cukup kesohor. Setiap hari, terutama akhir pekan, pulau yang dihuni berbagai jenis ular ini selalu dikunjungi oleh mereka yang penasaran dengan keunikannya.
Akses jalan untuk sampai di pulau tersebut, Anda bisa melewatinya dari Kecamatan Sape dan Kecamatan Ambalawi. Kalau dari ibukota Kabupaten Bima berjarak sekitar 84 kilometer. Namun, kalau ditempuh menggunakan sepeda motor, bisa hingga tiga jam lamanya. Tidak perlu kuatir cuaca panas, sebab kalau melalui Kecamaan Ambalawi Anda akan merasakan sejuknya suasana sepanjang jalan.Banyak pohon rindang dan menawarkan suasana baru.
Perjalanan Anda menggunakan sepeda motor atau mobil akan berakhir di kebun kelapa milik warga Desa Pai Kecamatan Wera. Untuk menuju pulau kecil yang unik itu, tidak ada alat transportasi lain kecuali perahu kecil milik nelayan. Jjarak tempuh sekitar 1 kilometer dari bibir pantai. Pemilik perahu enggan jalan kalau hanya satu orang. Minimal rombongan atau menunggu banyak penumpang baru mesin perahu dinyalakan. Tarif perahu hanya Rp50 ribu. Tampaknya cukup murah bagi destinasi unik seperti ini.
Diterpa gelombang laut tidak menyurutkan niat ke seberang. Sebab ular berwarna-warni telah menanti Anda di sana. Para wisatawan sangat menyukai momentum pemandangan langka ini. Mereka tanpa ketakutan mengalungkan ular-ular besar di lehernya. Apakah Anda juga berani? Silakan uji kualitas adrenalin Anda.
Hal yang tidak kalah aneh, bentuk ekor ular itu pipih menyerupai ekor ikan pula. Para nelayan sering menemukannya masuk dalam jaring, namun segera dilepaskan. Rupanya ada mitos khusus terhadap ular tersebut. Ular di Pulau Ular ini tidak bisa dibawa kemana-mana, karena akan selalu kembali ke habitatnya.
Kalau tidak bisa kembali, dipercaya akan mendatangkan bencana bagi masyarakat Desa Pai. Karenanya, masyarakat desa sangat menjaga kelestarian satwa itu.
Ular-ular di pulau ini menurut penduduk setempat merupakan jenis ular laut. Siapapun tahu bahwa ular laut termasuk ular yang sangat beracun. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, ular tersebut memang berbentuk seperti ular laut. Ekornya pipih seperti ekor ikan, warnanya putih silver dan hitam mengkilat.
Ketika dipegang tidak terasa licin sama sekali sebagaimana layaknya ular-ular di darat. Kulitnya lebih terasa kesat dan bersirip seperti ikan. Walau hidup liar, mereka sangat jinak dan ramah terhadap pengunjung. Ketika dipegang mereka sama sekali tidak menggigit atau melilit. Bahkan, ketika dipegang dalam jumlah yang cukup banyak, ular-ular tersebut tetap jinak.
Di balik keunikan pulau ini menyimpan mitos. Orang-orang di sekitar Pulau Ular menyatakan bahwa asal mulanya pulau tersebut berasal dari kapal Belanda yang ingin datang ke Bima. Kemudian orang-orang sekitar mengutuk kapal itu menjadi pulau. Ular-ular yang menghuni pulau tersebut adalah ular jadi-jadian yang bertugas untuk melindungi pulau tersebut.
Dua pohon Kamboja di atas pulau itu dikatakan sebagai tiang dari kapal Belanda tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima, Drs H Adbul Muis, mengaku telah mendata semua destinasi wisata di berbagai kawasan, terutama kawasan Kecamatan Wera yang memiliki potensi Pulau Ular.
“Kami telah melakukan promosi wisata Bima, tidak hanya lewat pengumuman, namun membuatkan brosur supaya wisatawan tidak hanya mendengar. Namun dapat melihat langsung meski dalam gambar,” terangnya. (*/Herman)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.