Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Penolakan Ritel

SEBULAN terakhir, ada keresahan yang melingkupi kaum muda di Kota dan Kabupaten Bima. Kaum terpelajar ini seolah melihat ada ‘monster baru’ yang bakal menjerat dan menggerogoti kepentingan usaha pedagang kecil di daerah ini. Ya, dua ritel yang sudah membumi di Indonesia, Alfamart dan Indomart. Penolakan yang diekspresikan melalui aksi unjuk rasa ini selayaknya segera ditanggapi, karena bekal menggelinding deras bak bola salju. Perlu segera disampaikan apa saja alasan pemerintah memberi ‘lampu hijau’.

Di daerah tetangga, Bupati Dompu, H Bambang, tegas tidak memberi ruang bagi kehadiran retail itu. Bambang memastikan tidak akan menerbitkan izin beroperasinya ritel modern di Dompu. Kehadiran ritel waralaba itu, dalam pandangannya justru akan memicu kenaikan angka kemiskinan, selain secara langsung mematikan pedagang kecil. Apalagi, barang-barang yang dijual bukan produksi lokal.

Nah, sikap dan argumentasi Bupati Dompu itulah yang seolah, memberi energi baru bagi kaum muda dan terpelajar Mbojo untuk merangsek. Hingga kini, belum ada penjelasan rinci mengenai sikap dua Kepala Daerah meresponsnya. Dari sisi pemerintah, pasti ada pandangan lain yang dirasakan penting untuk kehadiran retail itu. Tentu saja dalam konteks untuk mendinamiskan perkembangan perekonomian. Atau sisi yang belum terpikirkan oleh kaum muda dan masyarakat umumnya. Kita tunggu saja.

Kehadiran ritel waralaba dalam suatu daerah yang mulai berkembang, memang terlihat pada sejumlah daerah. Mereka didukung kekuatan modal yang kuat. Pada sisi lain, seperti argumentasi Bupati Dompu, usaha-usaha kecil yang selama ini susah-payah ditumbuhkan di tengah masyarakat akan termatikan. Memang memerlukan perhitungan matang sebelum menetapkan pilihan sesuatu. Oleh karena itu, beragam pandangan dari komponen masyarakat selayaknya dipertimbangkan dan dikaji. Sebelumnya, seorang legislator Kabupaten Bima menolak kehadiran ritel yang direncanakan puluhan titik pada sejumlah kecamatan itu.

Pesan penting dari protes itu sebenarnya adalah bagaimana membentengi usaha kecil dan menengah di daerah agar tidak terbantai oleh kehadiran para pemodal besar. Jangan sampai kita menjadi penonton di daerah sendiri. Sekali lagi, reaksi keras sebagian kelompok masyarakat terhadap kehadiran retail itu adalah isyarat bahwa ada sisi sensitif yang perlu didiskusikan lebih lama sebelum menetapkannya. Ya, kita menunggu saja perkembangan lanjutannya. (*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait