Bima, Bimakini.- Sejumlah pemuda terlihat sibuk di Pantai Lariti, Desa Soro, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima. Mereka memungut sampah-sampah yang berserak, mengumpulkannya.
Itu mereka lakukan agar pantai terlihat bersih, sehingga pengunjung menjadi nyaman. Indahnya Pantai Lariti memang sudah lama. Saat anak-anak muda itu masih kecil, mereka kerap datang ke pantai ini untuk bermain.
Meskipun harus melewati semak belukar, karena tidak ada akses untuk datang ke pantai ini. Tapi kini warga dapat dengan mudah ke lokasi, karena sudah ada jalan yang dilalui. Akses itu sejak dimulainya perusahaan tambak. Keberadaan tambak itu dinilai memberikan kontribusi.
“Waktu masih SD, kami sering datang ke pantai ini bermain. Dulu masih semak-semak, tidak ada jalan, jadi hanya kami yang datang berkunjung,” kata Vion, salah satu anggota Larity Community pada Bimakini.com.
Ada juga yang mengherankan bagi mereka, siapa yang menamakannya Pantai Lariti. Lariti itu sendiri memang ada, namun lokasinya bukan di tempat itu, namun dibukit Vila.
“Dulu namanya Lampa Jara. Tapi bagus juga dinamakan Lariti, karena namanya lebih menjual daripada Lampa Jara,” kata Ariansyah Syarbini, Ketua Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Lariti.
Mengapa ada Lariti Community dan POKDARWIS? Ariansyah menjelaskan, secera kelembagaan berbeda. Namun, tujuannya sama dan orang yang ada didalamnya juga satu.
Larity Community lebih awal ada, sedangkan POKDARWIS Lariti lembaga yang SK-kan oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Bima tahun 2016. “Kalau urusannya dengan pemerintah, maka Pokdarwis Lariti yang digunakan, namun dalam aktivitas lainnya atau berhunungan dengan luar pemerintah menggunakan Larity Community,” terangnya.
Bahkan, kata dia, sebelum kedua lembaga ini ada, ada komunitas sebelumnya, Ikatan Pemuda Melayu (IDAM). Semua berorientasi sama, mengembangkan Pantai Lariti sebagai kawasan wisata alam pesisir.
Secara perlahan mereka mulai menata Lariti, dengan membersihkan lingkungan pantai dari semak dan sampah. Pengunjung pun mulai merasa nyaman.
Setelah Lariti terus dikunjungi, akhirnya ada sentuhan dari Dispar dan Lagislatif dengan membangun beberapa baruga. Ada yang ditempatkan di pinggir pantai, ada juga di pulau.
Untuk terus menambah fasilitas, kata dia, yang dilakukan bersama rekannya mencari donatur. Seperti halnya, fasilitas ayunan yang dibuat saat ini dan menjadi daya tarik pengunjung, dari sumbangan pihak yang peduli. “Kebetulan ada yang nyumbang satu juta, kami buat ayunan itu,” terangnya.
Baca Juga: Pesona Bima: Ayo ke Pantai Lariti (Bagian 1)
Tidak hanya itu, mereka juga gencar memeromosikan Pantai Lariti melalui media sosial. Bahkan membuat tagar #JokowiKeLariti, #TGBkeLariti, #LaritiCommunity, #Pokdarwislariti. “Kami ingin Pak Jokowi bisa datang ke Lariti. Bahkan kami membuat tulisan yang kami pasang di pantai Lariti dengan tulisan tagar #JokowiKeLariti,” ungkapnya.
Spirit yang tinggi dan gencarnya promosi yang mereka lakukan rupanya berhasil, buktinya kunjungan terus meningkat, khususnya dihari libur. Bahkan belakangan ini mencapai ribuan, sebelumnya bisa mencapai 500 orang. “Dengan tingginya jumlah pengunjung ini kami berharap ada tambahan fasilitas, kalau sekarang masih jauh,” ungkapnya.
Semua ini dilakukan, karena kecintaan terhadap kampung halaman dan potensi yang ada. Juga merangkul anak-anak muda untuk terlibat, termasuk mereka yang dianggap preman. “Agar tidak membuat ulah dengan meningkatnya kunjungan. Diberikan ruang untuk membantu mengatur parkir,” terangnya.
Beberapa waktu lalu, kata dia, diminta Dispar Kabupaten Bima mengajukan proposal ke Dispar Provinsi NTB. Ada alokasi sekitar Rp200 juta untuk pengembangan di Lariti. “Semoga saja terwujud, kami ingin bangun musholla, kamar mandi, kamar ganti dan fasilitas voli pantai,” tambahnya.
Lariti yang jelas ramai pengunjungnya diharapkan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Seperti halnya Taman Kalaki yang sudah disulap dengan anggaran miliaran. “Tidak usaha miliaran, setengah miliar saja sudah cukup,” ujarnya.
Tajudin dan Dinos, anggota Lariti Community juga berharapa da sentuhan dari pihak swasta. “Kalau ada donasi, kami senang,” ujarnya.
Apa yang dilakukan saat ini, setidaknya sudah memberikan effek domino bagi masyarakat lokal. Misalnya, disekitar perbukitan dengan pemadangan ke arah pantai Lariti banyak penjual menggelar dagangan. Demikian juga di lokasi Pantai Laritinya. “Kalau sore hari silahkan dilihat diperbukitan saja ramai dikunjungi setiap harinya,” kata Tajudin.
Kabid Pemasaran Dispar Kabupaten Bima, Drs Abdul Haris memberi apresiasi tinggi kepada Lariti Community. Apa yang dilakukan dianggap luar biasa dalam membantu pengembangan pariwisata.
“Benar-benar luar biasa yang dilakukan oleh Larity Community ini. Makanya kami gandeng untuk menjadi panitia lokal untuk event Sakosa Bike Camp. Tujuannya untuk ikut menjual Pantai Lariti,” ujarnya pada Bimakini.com.
Pengembangan wisata di Sape-Lambu masuk dalam konsep Sape, Komodo, Sangiang (SAKOSA). Namun, ada pengembangan yang lebih spesifik, Sape, Lambu, Waworada dan lainnya.
Proposal yang diajukan untuk pengembangan Pantai Lariti di Dispar Provinsi NTB diharapkannya juga terealisasi. Informasi diperolehnya, akan ada survai terlebih dulu tentang rencana pengembangan yang diinginkan.
Semoga dengan hadirnya Lariti sebagai destinasi wisata pantai, menggugah kesadaran pemerintah untuk bergerak cepat membenahinya. Tidak membiarkan anak-anak muda yang sudah mau lelah demi kampung halamannya, berjalan tertatih. (*/Sofiyan Asy’ari)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.