Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Produksi Ketegangan

 

DOK: Sepeda motor warga Laju yang dibakar di Tolouwi Kecamatan Monta.

KELOMPOK warga Desa Laju Kecamatan Langgudu dan Desa Tolouwi  Kecamatan Monta Kabupaten Bima saat ini sedang dalam suasana ketegangan.  Berawal dari insiden pemalakan telepon seluler (Ponsel) di pantai Wane, berlanjut hingga pembacokan dan pembakaran sepeda motor. Selasa (09/05/2017) sore, ketegangan baru muncul. Ratusan warga Laju merangsek menuju Tolouwi, berbuah ketegangan baru dan pembakaran sepeda motor. Saat aparat menghalau massa dan tembakan peringatan menggema, ada yang terjatuh dan dilarikan ke Rumah Sakit.

Ya, lagi-lagi kasus pembacokan mewarnai Kabupaten Bima khususnya wilayah Selatan. Produksi ketegangan di simpul kehidupan Dou Mbojo di situ memang relatif penuh dinamika. Kasus yang awalnya hanya interaksi dua orang, dalam waktu sekejap bisa tiba-tiba tersulap menjadi konsentrasi massa. Aroma senjata tajam, bahkan senjata api rakitan bisa muncul mendadak dan menerobos kulit seseorang. Belum lagi jika ditambah pemblokiran jalan oleh keluarga korban sebagai ekspresi menekan aparat Kepolisian agar sigap menangkap pelaku. Warna kekerasan yang berbulir gangguan kenyamanan di jalanan itu mengontribusi ‘Zona Merah’ dalam pandangan Pemerintah Pusat.

Sampai kapan warna kekerasan ini menyelubungi kanvas Dana Mbojo? Sedemikian sensitifkah Dou Mone Mbojo sehingga bacok-membacok seolah menjadi tradisi.  Sudah lama kita jengah berada dalam pusaran tidak berujung ini. Bukankah saatnya diakhiri, mereka yang berbuatlah yang dimintai pertanggungjawabannya. Hal yang jelas, konflik ini sudah melelahkan. Sudah banyak darah tumpah sia-sia di tanah leluhur ini, hanya atas nama ego dan rasa kesetiakawanan. Kadang hanya kesalahpahaman saja.

Kita mengharapkan penanganan terduga pemalak dan pembacok diserahkan kepada pihak Kepolisian. Biarkan aparat yang mengubernya. Produksi ketegangan yang melingkupi wilayah kepemimpinan Dinda-Dahlan ini sudah lama menimbulkan kekuatiran. Jelas akan banyak energi yang dikeluarkan aparat keamanan dan birokrasi untuk mengondusifkan suasana Kamtibmas. Energi merekatkan kohesi sosial terbuang banyak, padahal bisa dikonversi menjadi kekuatan penopang pembangunan daerah. Konsentrasi yang seharusnya bisa nyaman untuk kerja-kerja inovasi dan kreatif, terganggu hiruk-pikuk massa beraroma kekerasan.

Inikah konstruksi suasana yang kita dambakan? Ketegangan demi ketegangan mencari ruang kemunculannya. Instabilitas tercipta dari hal kecil pemicunya. Lalu mari berhitung berapa lama recovery psikologis dan sosial dilakukan agar kembali ke titik normal. Semuanya menguras energi. Kondisi ini jelas bukan ekspresi Bima RAMAH…(*)

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait