Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Akun Provokatif

 

DOK CHANGE ORG

KETIKA konflik antarkampung mengubrak-abrik kondisi Kamtibmas di Kecamatan Woha Kabupaten Bima, semua pihak prihatin. Apalagi, ada pelibatan panah dan senjata api rakitan. Kondisi diperparah oleh hiruk-pikuk dunia media sosial (Medsos) yang berkicau bebas tanpa kendali. Bahkan, harus diakui, ada di antaranya yang mengumbar tudingan sepihak. Pascapembubaran paksa massa yang memblokir jalan, sejumlah status pada akun Facebook menjurus pada pernyataan provokatif dan kesimpulan prematur. Pihak keamanan menduga ada ‘kontribusi’ yang dimainkan oleh para pemilik akun, sehingga mengeruhkan suasana. Nah, Anda pernah membacanya kan?

Dunia maya memang kini digandrungi. Banyak yang berselancar ria dalam segala bentuk statusnya. Selayaknya, ketika konflik muncul, semau pihak menahan diri. Tidak menjustifikasi sesuatu agar tidak memicu kegamangan suasana. Dalam hal ini, ada sinyal dari  Kapolres Bima Ajun Komisaris Besar Polisi M Eka Fathurrahman. Mereka yang kebablasan akan  ditindak tegas, yakni yang memrovokasi massa dan suasana.

Malah, beberapa akun Facebook sudah dikumpulkan untuk diselidiki. Tentu saja bakal ada konsekuensinya jika memenuhi unsur tindak pidana. Siapa sajakah mereka?

Harus diakui ada sensivitas yang harus dimengerti ketika berada dalam kondisi riuh lapangan. Lemparan pernyataan dan pilihan kata yang datar saja bisa berpotensi disalahmaknai. Jika kecenderungannya mengarah pada serangan terhadap pihak tertentu, maka nilai provokasinya tinggi. Bahkan, bisa memicu konsentrasi massa dan letupan-letupan. Kita berharap Kapolres memaparkan lebih jauh apa saja yang telah dilakukan dalam penyelidikan terhadap pemilik akun yang dianggap provokatif itu.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian bersama adalah pengunggahan foto yang mengumbar sadisme, anak terduga pelaku dan atau korban. Korban luka berdarah-darah, bebas diunggah. Anak-anak yang menurut ketentuan harus dilindungi, malah terekspose bebas secara rinci. Tindakan seperti ini selayaknya diatensi oleh pihak Kepolisian karena menimbulkan ketidaknyamanan. Kita berharap pascakonflik di Woha edisi yang kesekian kalinya itu, mampu menjadi titik balik kesadaran bersama untuk mengondisikan suasana kondusif. Dana Mbojo sudah letih oleh gempuran konflik dan kasus heboh yang jauh dari semangat sasanti warisan leluhur: Maja Labo Dahu.

Di dinding Medsos, mari semakin bijak menyusun kata. Pilihan huruf yang ditekan jari tangan kita, hingga terangkai menjadi kata dan kalimat,  sesungguhnya adalah simbolisasi identitas diri. Bijaksanalah mengeksekusinya, karena produknya ibarat pisau bermata dua …(*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait