Ramadan 1438 Hijriyah terus bergulir menuju garis akhir. Selayaknya kualitas dan kuantitas ibadah digenjot, karena kesempatan berharga itu berlipat pahala. Semua berlomba menuju pencapaian tertinggi beribadah dan amaliyah. Namun, selalu ada yang berbeda dalam setiap momentum dan melenceng. Di Dana Mbojo, di tengah kesyahduan ber-Ramadan, kita dikejutkan beragam kasus kriminalitas yang terjadi pada berbagai wilayah. Ada kasus pencurian dan penjambretan. Bahkan, ada terduga pelaku yang nyaris dihajar massa di jalanan.
Fakta pahit yang selalu berseiringan dengan Ramadan kita adalah munculnya para pencuri yang merusak suasana. Satu di antara fenomena yang marak terjadi setiap bulan Ramadan. Mereka mengambil dan memiliki harta benda korban secara paksa. Ironisnya para pelakunya Muslim. Padahal, sejatinya saat bulan Ramadan, tingkat kriminalitas berkurang karena umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa. Akan tetapi, realitasnya, justru merangkak naik.
Bahkan, mendekati Idul Fitri intensitasnya naik. Semoga saja Ramadan 1438 Hijriyah ini tidak terjadi ledakan, karena merupakan fenomena buruk yang menegaskan kegersangan akhlak. Pertanyaannya, mengapa hal itu terjadi? Nafsu kepemilikan yang tidak terkendali, kendali kesadaran dan moral, godaan kebutuhan dan pengaruh lingkungan, dan gaya hidup memberi kontribusi terhadap maraknya kejahatan selama Ramadan. Selama ini, ada yang nekat mencuri karena desakan kebutuhan hidup. Budaya konsumerisme dan lingkungan yang telanjur berkembang pada Ramadan, menambah derajat keterpepetan para pelaku untuk beraksi. Pada titik ini, mari bermuhasabah kolektif. Maksudnya, kaum berada juga mesti introspektif membaca fenomena itu melalui pengekangan demonstrasi kekayaan dan kemurahan hati berbagai rezeki.
Mencuri adalah pilihan buruk. Bentuk pengangkangan terhadap inti pesan Ramadan yang menagih manajemen hawa nafsu. Ingatlah, kekayaan tidak disebabkan harta yang melimpah. Namun, kekayaan yang sebenarnya adalah yang terdapat pada jiwa. Yaitu jiwa yang selalu qana’ah dan menerima lapang dada setiap pemberian Allah. Rasulllah mengingatkan kita “Sungguh beruntung orang yang telah berserah diri, diberi kecukupan rizki dan diberi sifat qana’ah terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya”. (HR Muslim).
Sekali lagi, semoga di Dana Mbojo kemunculan kasus pencurian kian rendah sebagai bentuk kesadaran masyarakat memahami makna lintasan Ramadan. Semoga! (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.