Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Kreativitas Budaya

Dok FB Uba Kainia

ADA satu fenomena baru yang muncul di wilayah Kabupaten Bima, akhir-akhir ini. Semacam pergerakan mobilisasi positif yang melibatkan kaum muda. Katakanlah semacam ledakan partisipasi. Setelah Festival Sangiang, Parade Rimpu dan Katente Tembe di Sape dan Lambu, gagasan lain muncul dari Mahasiswa Bima Makassar asal Kecamatan Langgudu. Association of Langgudu Student (Atlas), namanya. Komunitas ini   mengagendakan gelaran Festival Tanjung Langgudu. Syukurlah, semuanya menggambarkan energi positif yang mencari saluran keluar ke permukaan. Ruang kreativitas seperti itu harus mampu difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dan pihak terkait.

Sisi positifnya adalah beragam kreativitas itu seolah atau dihajatkan untuk mengimbangi derajat kemunculan kasus kriminal dan pemblokiran ruas jalan yang dikeluhkan selama ini. Sudah mafhum diketahui bahwa letupan emosi sumbu pendek dari sebagian kelompok warga di Kabupaten Bima telah menggiring suasana dan penggambaran persepsi buruk bagi masyarakat luar daerah. Ada yang menyindirnya sebagai ‘wilayah pariwisata konflik’. Ada pula yang menyebut ‘kompor bersumbu pendek’. Stigma Zona Merah-lah yang merangkumnya dalam kegetiran status bagi Dou Mbojo. Meski Wakil Bupati Bima, H Dahlan, berorasi bahwa ‘Mbojo not so bad as your mind and all something is all right’ namun tetap saja ganjalan Kamtibmas dan insiden tidak terduga merupakan persoalan serius yang harus diikuti pergerakannya.

Nah, munculnya ide dan gagasan kreatif kaum muda itu selayaknya diberi ruang ekspresinya. Ya, agar mereka mengeksplorasi sisi terbaik pendalamannya. Melalui merekalah, diharapkan mampu membangun kesadaran kolektif untuk memahami pentingnya makna kebersamaan dan harmoni. Kaum muda Wera, Sape, Lambu, dan Langgudu telah menghadirkan kreasi dalam makna budaya dan keteduhan pesan sosial. Kegiatan yang melibatkan ratusan, bahkan ribuan orang tidak ternoda keributan. Tidak ada insiden yang “menggoyang” headline media massa. Hanya sisi positif yang berpotensi mengubah dan menguncang!

Dok Diskominfo

Tanpa bermaksud menyorong persepsi pada lokasi tertentu, munculnya kreativitas budaya dan seni seperti itu kita harapkan meletup lebih deras lagi dari komunitas pemuda di Kecamatan Woha dan sekitarnya. Setidaknya untuk dua tujuan, yakni menepis segala dinamika ketidaknyamanan sosial yang selama ini tercipta dari konflik antarkampung dan pemblokiran jalan. Selain itu, sebagai wilayah ibu kota Kabupaten Bima, maka geliat kaum muda Woha dan sekitarnya akan memberi sinyal kenyamanan bagi dunia luar bahwa dimensi budaya dan kesenian telah menyatukan hati.

Harus diakui, hiruk-pikuk sosial sebelumnya tersorong dalam kreativitas arah bandul kiri telah berimplikasi minor bagi daerah. Melalui ruang sentuhan budaya dan kesenian, bandul kanan bisa digiring berdentang dan  menemukan momentumnya. Nah, sisi inilah kreativitas kaum muda harus segera dijemput oleh pihak terkait untuk diberdayakan.

Rangkullah kaum muda. Prototipe mereka hari ini memberi gambaran kemungkinan realitas masa depan. Tanpa ‘berdamai hangat’ dengan kaum muda, maka warna dan konstruksi sosial daerah bisa buram serta terganggu. Bukankah kita sudah terbebani klaim Bima RAMAH? (*)

 

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait