Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Masa Depan Anak

Dok www.transriau.com

PERINGATAN Hari Anak Nasional (HAN) 2107 dihelat di Provinsi Riau, Minggu 23 Juli. Presiden RI Joko Widodo dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise dan Kak Seto, hadir. Seperti biasa, suasana acara meriah. Anak-anak berekspresi dalam kepolosan sikap, tanpa kepalsuan. Saat itu, Menteri Yohana meminta semua pihak  agar menjaga anak-anak dari segala kekerasan seksual dan lainnya. Anak-anak diingatkannya tidak terpedaya Media Sosial sehingga melupakan tugas belajar.

Ya, era anak Indonesia kini sudah berbeda dibanding sebelumnya. Demikian juga di Bima.  Secara umum, dunia anak-anak saat ini kian terancam. Pesatnya teknologi sudah tidak mampu lagi dibendung. Banyak anak-anak yang sudah berpikiran dewasa sebelum masanya.

Momentum HAN 2017 saat tepat untuk merefleksi perjalanan mengawal bocah-bocah menemukan jalur menuju masa depannya. Hal penting adalah dukungan moral yang selayaknya muncul dari orang tua, keluarga, dan negara. Sebagai bahan baku masa depan bangsa, anak harus mendapat perhatianmemadai. Setidaknya, terangkum dalam tujuh poin. Yakni  sudahkah mereka mendapatkan kebebasan menentukan cita-citanya?  Sudahkan mereka mendapatkan kebebasan tidak terpapar teknologi hingga kecanduan? Sudahkah mereka menikmati dunia cerianya? Sudahkah mereka mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua dan memiliki keluarga yang harmonis? Sudahkah mereka mengenal bangsanya? Sudahkah mereka mendapatkan pendidikan religi dan spiritual yang memadai? Lalu sudahkah mereka mendapatkan karakter mereka masing-masing?

Anak-anak masa kini memang dalam kemudahan fasiltas, namun membentang tantangan luas. Paparan teknologi dan gadget adalah satu di antara ancaman yang berpotensi menyebabkan mereka kecanduan. Selain itu, dinamika perkembangan telah menggiring mereka pada sisi yang abu-abu. Dalam kasus kriminal, sudah umum diketahui anak-anak terjebak beragam kasus. Minuman keras, gambar porno, dan pil Tramadol adalah contohnya. Mereka harus diselamatkan dari rongsongan mental dan psikologis yang meracuni masa depannya.

Aspek  krusial dari mereka yang perlu diinjeksi adalah pendidikan agama dan spiritual. Nilai-nilai spiritual itu akan membantu mereka menjalani hari demi hari dalam hidup mereka. Tuntunan agama akan membimbing anak agar selalu bersyukur atas apapun yang terjadi. Anak-anak Indonasia dan Bima harus menemukan arah yang tepat menuju kegemilangan masa depannya. Kaum dewasalah yang memandunya. Negara pun harus segera hadir mengisi celah potensi (positif). Jangan sampai infiltrasi sentimen negatif mengaburkannya. (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait