Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Membuang Bayi

 

Dok bontangprokal.co

KITA kembali dihebohkan kasus pembuangan bayi. Selasa (11/07)  sekitar pukul 05.20 WITA, warga Dusun Kala Timur Desa O’o Kecamatan Dompu dikejutkan penemuan sosok bayi perempuan di depan Pondok Pesantren (Ponpes) Usman Bin Affan. Bayi mungil itu diletakan begitu saja di atas kap kendaraan. Masih ada ari-arinya malah. Kemunculan kasus seperti itu, bahkan pembuangan orok yang sudah tidak bernyawa, memang suah familiar terdengar. Tidak lagi mengejutkan! Tetapi, tetap saja membuat kita masgul karena menerobos sisi kemanusiaan. Kasus itu menggambarkan betapa hawa nafsu manusia tidak lagi berpikir matang dan merendahkan derajat kemanusiaannya sendiri.

Pembuangan bayi tak berdosa ini membuat keprihatinan banyak pihak karena tindakan ini tidak berperikemanusiaan. Lebih parah lagi  kasus pembuangan bayi itu sudah lama menyasar pelajar dan mahasiswa. Kasus di O’o itu perlu dicermati bersama, khususnya oleh keluarga. Hendaknya menjadi catatan serius untuk merawat  hati nurani dan keimanan.

Mengapa fenomena membuang bayi muncul di tengah dinamika sosial kita? Banyak faktor yang memengaruhinya. Seperti   sosial, spiritual, ekonomi, dan perkembangan teknologi. Membuang bayi seakan menjadi solusi terbaik karena takut, malu,  dan belum siap dengan tanggung jawab. Kasus itu pula mengonfirmasi bahwa seks bebas seolah  hal lumrah. Remaja sekarang tidak lagi cangggung memamerkan kemesraan di depan umum atau media sosial.      Tentu saja, remaja yang masih berpikiran labil ini perlu kontrol  oleh orang tua.

Faktor spiritual adalah rendahnya  pemahaman nilai agama. Tidak lagi takut pada Allah dan risikonya. Allah SWT berfirman soal hak anak. “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.“ (QS Al Israa 33 )

Faktor perkembangan teknologi adalah sisi lainnya.  Media elektronik, penyebaran VCD, dan internet mendorong rasa ingin tahu yang tinggi ingin mencoba-coba mengikuti hal-hal negatif yang  ditonton. Bukankan ada ada kasus remaja yang membuat video mesum?

Mari kita melihat insiden amoral ini sebagai bahan untuk refleksi, muhasabah, dan kewaspadaan.   Pengetahuan agama, orang tua, penegak hukum, dan masyarakat  berperan penting dalam menekan fenomena buruk bagi peradaban ini. (*)

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait