Mataram, Bimakini.- Untuk mendukung kemajuan sektor pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), Tim Penggerak PKK Provinsi NTB terus menggiatkan pelatihan keterampilan bagi ibu-ibu dan kader. Khususnya keterampilan untuk membuat souvenir atau ‘oleh-oleh’ khas NTB. Seperti pangan olahan lokal, industri kerajinan rakyat yang unik dan bercorak tradisional, serta kreasi lokal lainnya.
Pelatihan itu merupakan program pokok PKK dari Ketua TP PKK Provinsi NTB, Hj Erica, yang menjadi kegiatan prioritas Pokja III tahun anggaran 2017 ini.
Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK NTB, Hj Syamsiah, mengatakan Pelatihan Pengolahan Pangan Lokal dan Membuat Tas dari Bahan Tali Kur sangat penting karena NTB sedang mengembangkan sektor pariwisata.
Kian berkembangnya sektor pariwisata tentu bukan hanya membuka ruang bisnis ekonomi kreatif yang menjanjikan. Tetapi juga wisatawan seringkali lebih membutuhkan sesuatu yang khas atau unik dari daerah yang dikunjungi.
Misalnya, makanan atau industri kreatif lainnya sebagai ‘oleh-oleh; yang terbuat dari bahan khas NTB. Karenanya, istri Wakil Gubernur NTB ini mengajak para kader PKK agar memanfaatkan peluang bisnis itu dan lebih banyak menemui masyarakat untuk pelatihan dan pemotivasian guna mengembangkan industri kerajinan sesuai potensi daerah masing-masing.
“Pangan olahan itu tidak hanya yang berasal dari hasil pertanian tetapi juga dari hasil laut,” ujarnya saat membuka Pelatihan Pengolahan Pangan Lokal dan Membuat Tas dari Bahan Tali Kur Untuk Kader-Kader TP PKK (Pokja III) Kabupaten/Kota se-NTB, di aula TP PKK NTB, Rabu (23/08/2017).
Syamsiah mengatakan kreasi mengelola bahan pangan lokal tidak harus aneh-aneh, cukup yang sederhana, tetapi bisa membuat menarik para wisatawan. “Saya melihat ibu-ibu disini sudah bagus dalam hal kreasi, tetapi masih butuh peningkatan,” ujarnya.
Ketua BKOW NTB menjelaskan perekonomian di Indonesia berkat peran usaha kecil dan menengah. Mengelola bahan pangan lokal dan kerajinan tangan seperti membuat tas dari tali kur adalah salah bentuk usaha kecil yang bisa ibu-ibu lakukan di rumah.
Dia menjelaskan ada dua kendala yang dialami pengusaha kecil di NTB. Yakni kemasan dan pemasaran. Instansi terkait perlu menyediakan mesin pengemas bagi pengusaha kecil yang belum memiliki mesin tersebut.
“Untuk rasa saya lihat makanan lokal kita sudah baik dan terjamin dari penggunaan bahan pengawet. Kita hanya kurang dalam pengemasan,” ujarnya.
Dia ingin agar di setiap kemasan produk olahan khas Lombok tercantum logo halal, tanpa bahan pengawet, dan tercantum nama daerah penghasil makanan tersebut.
Ketua Pokja III Budi Utami Soegeng, selaku ketua panitia, melaporkan tujuan pelatihan untuk mendukung program pemerintah dalam pemanfaatan bahan pangan lokal dan pemanfaatan limbah. Pelatihan ini diikuti oleh 35 orang untuk pengolahan pangan lokal dan 30 orang untuk pembuatan tas dari bahan tali kur. (BK37)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.