Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Diisukan Terkait Komunis, Batal Nikah

ilustrasi

Bima, Bimakini.- Pembicaraan mengenai bahaya paham komunis dan isu-isu yang menyertainya kini hangat dibicarakan di Indonesia, akhir-akhir ini. Bahkan, dibahas secara terbuka pada salahsatu studio TV. Di Kabupaten Bima pun demikian, masyarakat membicarakan sekaligus menguatirkannya.

Bahkan, ada insiden yang menyebabkan munculnya “korban”. Ada yang batal menikah, karena ada anggota keluarga diisukan terkait komunisme. Seperti yang menimpa seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) asal salahsatu desa di Kecamatan Woha Kabupaten Bima inisial A.

Pihak keluarga mengonfirmasi pembatalan Sersan Dua itu menikahi wanita idamannya. Pemicunya adalah kakek dari calon istrinya itu dulu diisukan terkait paham komunis.

Menurut  Ibrahim, orang tua A, yang dihubungi via telepon seluler, Rabu (20/09/2017) malam lalu antara calon mempelai wanita inisial H dengan A yang bertugas di luar Bima itu sudah ada kesepakatan untuk bersanding. Keinginan keduanya ditindaklanjuti oleh pihak keluarga.

Akhirnya mencapai kata sepakat untuk menikah. “Mahar sudah kita bicarakan dan sepakat berupa uang tunai dan emas,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Ibrahim, prosesi adat desa setempat, yakni mbaju (kumpul gabah) sudah dilaksanakan keluarga. Hasilnya terkumpul belasan karung gabah. Namun, rencana pernikahan tersebut tersandung persoalan di tengah jalan karena dikaitkan dengan komunisme. “Sudah kita batalkan,” akuinya.

Diceritakannya, pembatalan pernikahan putranya itu berawal dari kiriman surat model sampul B dari anaknya yang kini tengah melaksanakan tugas di luar daerah.

Surat itu diambilnya di kantor Pos Indonesia, Desa Tente Kecamatan Woha. Isi surat itu tidak diketahuinya persis, karena langsung diberikan kepada anggota TNI di desa setempat.

Belakangan, lanjutnya lagi, baru diketahuinya surat tersebut sudah diserahkan kepada pihak yang berkompeten menelaahnya. “Dari sanalah kita tahu kalau ada keterkaitan dengan paham komunis,” paparnya.

Dia mengakui, pihak keluarga mengetahui jika kakek dari calon menantunya itu dahulu disebut-sebut ada keterkaitan dengan paham komunis, karena masih satu desa. Hanya saja, pihak keluarganya tidak menyangka hal itu tetap menjadi persoalan hingga kini. “Tapi sudah kita bicarakan baik-baik antara keluarga,” ucapnya.

Diakuinya, sudah ada kesepahaman. Antara kedua calon pengantin juga sudah ada pembicaraan. “Sudah bisa diterima semuanya,” sambungnya.

Meski sudah ada kesepahaman, namun pihaknya belum melaporkan persoalan pembatalan itu secara resmi kepada Pemerintah Desa.   “Desanya belum kita laporkan,” katanya. (BK39)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Politik

Bima, Bimakini.- Saat ini, berbagai lokasi di wilayah Kabupaten Bima digelar nonton bareng film pengkhianatan Gerakan 30 September (G30S) Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Bagi warga yang kini berusia 40-an, film Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) tentu sudah diakrabi. Dulu film ini menjadi favorit...

Pemerintahan

Kota Bima, Bimakini.com.- Fenomena kembalinya faham komunis mulai merebak  pada sejumlah daerah, termasuk wilayah Kabupaten Bima.  Meski Kota Bima tidak ditemukan sejumlah lambang komunisme,...

Opini

Oleh: Musthafa Umar, S.Ag., M. PdI Sebentar lagi tanggal 30 September, satu peristiwa yang pernah tertoreh di negeri ini, kelam sekaligus biadab. Entah benar...