Oleh: Abdul Barry.S.Pd
(Sekretaris Umum Serikat Guru Indonesia (SGI) Bima)
Sebagai bagian penting dari ikhtiar membangun peradaban pendidikan, membangun indepedensi serta martabat Guru adalah salah satu masalah penting. Bahkan mendesak, agar peradaban pendidikan yang berkeadilan sosial bermuara pada kemaslahatan bangsa terwujud.
Spirit kesadaran ini tentu harus lahir dari kesadaran Guru itu sendiri dalam mengorganisir dirinya dalam wadah perjuangan demi mencapai tujuan besar itu. Dalam usaha membangun harkat pendidikan, martabat dan melindungi hak hak Guru sebagaimana tertuang dalam amanat konstitusi kita.
Salah satunya yaitu tafsiran UU NO.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen jelas mengamanatkan bahwa Organisasi profesi Guru itu tidak tunggal lagi. Guru diberi ruang kebebasan untuk membentuk serta memilih bergabung dalam organisasi profesi Guru secara independen dan bebas.
Keran kebebasan yg di berikan konstitusi itu, tentu menjadi spirit baru. Angin segar bagi revitalisasi peran Guru dalam ikut berkontribusi nyata. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan pendidikan yg selama ini di rasa belum maksimal lewat wadah organisasi profesi yg sudah ada.
Sehingga sebagai bentuk nyata kesadaran akan pentingnya wadah perjuangan serta menyambut di bukanya keran kebebasan berserikat dan berorganisasi tersebut,Serikat Guru Indonesia (SGI) Bima lahir dan terbentuk.
Kenapa Guru harus berorganisasi dalam wadah organisasi profesi? Menurut Phillip Slznic,organisasi adalah suatu peraturan personil berguna dlm mempermudah dalam melakukan pencapaian dari beberapa tujuan bersama yang sudah ditetapkan lewat alokasi tanggungjawab dan fungsi atau Through the allocation of function and responsibilities.
Dengan berorganisasi, tujuan-tujuan besar yg menyangkut perlindungan, advokasi, mencapai kemaslahatan kolektif pendidik serta pendidikan pada umumnya yang tidak bisa di perjuangkan secara personal bisa terwujud maksimal.
Dalam perjalanan waktu, sebagai bentuk pengejewantahan tanggungjawab moral pendidikan, sesuai visi dan misinya, SGI Bima sejak berdirinya tahun 2013, di tengah keterbatasan dana dan personil telah berbuat secara nyata bagi usaha mewujudkan harapan harapan di atas,antara lain di bidang kesejahteraan guru.
SGI Bima tahun 2014 beraudiensi dengan komisi pendidikan DPRD Kab. Bima dan mengadvokasi serta membantu proses pencairan tunjangan profesi puluhan Guru honorer yang mengalami masalah sampai ke Kemendikbud dan telah berhasil di cairkan kembali. Di bidang peningkatan mutu serta kebijakan pendidikan, tahun 2015 SGI Bima melaksanakan Diskusi panel, dalam rangka refleksi akhir tahun pendidikan yang bertujuan mengevaluasi kebijakan kebijakan pendidikan serta memberi masukan dan rekomendasi pada pemerintah daerah tentang pokok pokok penting kebijakan jangka pendek dan jangka panjang pendidikan, dihadiri oleh berbagai kalangan yaitu dari unsur pemerintah daerah, akademisi, pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, orprof, seniman bahkan pelaku media.
Di bidang sosial dan kemanusiaan,akhir tahun 2016, di Kota Bima terjadi bencana Alam,banjir bandang yg begitu dahsyat, sebagai bentuk tanggungjawab moral kemanusiaan. SGI Bima bergerak ikut membantu para korban bencana banjir kota bima,dengan semangat persaudaraaan, kebersamaan di antara anggota, mengumpulkan sumbangan kemanusiaan seadanya.
Kemudian di saat bersamaan juga SGI membangun kerjasama, Networking dengan Induk Organisasi FSGI, serta Kepma Jogjakarta menyalurkan bantuan seragam sekolah, buku dan alat tulis, keluar masuk, door to door hampir dua puluh sekolah dan Madrasah tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama serta bantuan sembako bagi masyarakat umum.
Termasuk terakhir ikut partisipasi,menyumbang gagasan dalam semiloka pendidikan yang dihelat Dewan pendidikan Kabupaten Bima serta kegiatan kegiatan lain yang ada relevansinya dengan pendidikan. Semua kegiatan di atas sekali lagi membuktikan pada kita bahwa dengan kesadaran berorganisasi, bergerak bersama dalam sebuah wadah perjuangan,semua hal bisa kita lakukan dan kita perjuangkan.
Riwayat Perjalanan biduk Organisasi profesi ini baru seumur jagung,ibarat anak manusia,ia belum dewasa bahkan balitapun belum sampai,ia masih butuh perawatan,arahan,bimbingan serta kesabaran para nakhoda serta orang orang sekitar, tapi satu yang pasti, sebagaimana tabiat organisasi serta hukum alam, bahwa tidak ada yang statis di bawah kolong langit ini. Semua bersifat dinamis, ia akan terus bergerak, beranjak menuju kedewasaan, kematangan dan bahkan bermetamorfosis bukan saja sebagai organisasi tetapi sebagai sebuah pergerakan.
Pergerakan (actuating), yg mampu menggerakan orang orang,dengan energi yg lebih besar memobilisasi agar orang orang bergerak,mau berkerja serta bertindak berdasarkan kesadaran, mengubah wacana jadi aksi nyata demi kemajuan pendidikan, peradaban serta kejayaan bangsa, agar Sejarah keemasan kita menangkan di tengah tengah arus kompetisi global yang tidak mudah ini, karena sejarah selalu menjadi milik para pemenang. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.