Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Antusiasme Nobar

 

Suasana Nobar film G30S PKI di halaman kantor Desa Darussalam Rabu (20/09) malam lalu.

DUA pekan terakhir, publik Indonesia disuguhi pemutaran film pengkhianatan Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI). Isu munculnya mereka yang menganut paham komunis telah mengubah dinamika sosial Indonesia menjadi lebih ramai. Sejak Panglima TNI menginstruksikan nonton bareng (Nobar) film G30S/PKI, masyarakat Indonesia pun menikmatinya. Di Bima dan Dompu pun demikian. Masyarakat antusias. Bagi kaum dewasa, kemunculan film sejarah kelam bangsa itu merupakan ‘reuni ingatan’. Namun, bagi remaja masa kini di Bima-Dompu, sejumlah hal masih menggelayut tanya. Bagaimana film itu berkisah, seperti apa bentuk pengkhianatannya, dan wajah komunis itu seperti apa. Rangkaian pertanyaan itu menyeruak saat film diputar, bahkan di kamar rumah.

Ya, pemutaran film itu merupakan satu di antara bentuk antisipasi untuk mengingat bahaya laten komunis. Instruksi memutar kembali film itu karena memang kini sedang terjadi perseteruan perspektif tentang peristiwa G30S/PKI, sehingga dapat mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu. Paling tidak, kini anak-anak Bima-Dompu menjadi lebih mengetahui apa itu komunis, bentuk pengkhianatannya pada negara, dan sadisme yang diperagakannya. Tinggal lingkungan sekolah dan keluarga menguatkannya melalui pendalaman nilai-nilai yang membentenginya.

Dalam perspektif Islam, komunis jelas bertentangan karena mereka tidak mengakui Tuhan. Kaum komunis sudah lama memenggaruhi ide-idenya sejak awal kemerdekaan RI. Oleh karena itu, generasi hari ini haruslah lebih waspadai dan tidak membiarkan benih komunisme mencengkram kukunya di Tanah Air. Bahaya paham komunis tidak boleh dianggap enteng. Jangan pernah meremehkannya. Komunis tidak pernah mati. Mereka hanya tiarap sementara.     Dalam sejarah, memang komunisme sempat “mati suri” pascakeruntuhan Uni Sovyet dan komunisme Eropa Timur. Tetapi, komunisme China makin kuat dan bermetamorfosis. Komunisme Indonesia sama saja. Tidak pernah mati. Mereka kini diidentifikasi bangkit kembali, menguat, menyusup kemana-mana. Ada sejumlah pihak yang menguatirkan kebangkitan kembali komunisme Indonesia sedang terjadi. Mereka siap-siap merebut kekuasaan, tanpa disadari rakyat Indonesia. Sejumlah kegiatan secara terbuka mengusung isu komunisme dihelat membonceng isu HAM, demokrasi, hak-hak buruh, anti-SARA dan lainya. Komunisme yang agung-agungkan ateisme, selalu membenturkan agama versus negara, meraih kekuasaan melalui cara-cara kekerasan. Mereka jelas anti- Pancasila dan antiagama.

Kita berharap pascagegap-gempita Nobar pemutaran film G30S/PKI, ada tindakan lanjutan yang dilakukan oleh TNI dan pemerintah untuk menguatkan pemahaman masyarakat. Di Bima-Dompu pun demikian. Terutama kaum muda yang aktivitas dan gerakannya cenderung bergerak ke arah “kiri”. Generasi muda harus memiliki semangat militansi tinggi untuk memberangus pergerakan paham komunis. Implementasi dan pendalaman nilai sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan satu di antara jawaban terhadap  upaya membendung arus komunisme.

Kita pun berharap tidak hanya sekadar antusias menonton filmnya. Pascatingginya animo menonton film sejarah kelam itu, kita berharap level kewaspadaan semakin ditingkatkan. Pertahanan aspek keimanan dan ketaqwaan dipertajam lagi. Sekali lagi, komunisme itu bahaya laten. Waspadai setiap detik dan inci pergerakannya. (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait