Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Generasi (belum) RAMAH

Foto Herman: Warga Desa Naru saat memblokir ruas jalan lintas Tente-Parado.

ADA satu bahan perbincangan yang menggeliat-menggoda di Media Sosial, Facebook, merepons pernyataan Wakil Bupati Bima, H Dahlan, empat hari terakhir. Dipicu pernyataan Wabup soal generasi penerus di Bima terlahir dari lingkungan Perguruan Tinggi dan Fakultas, namun secara perilaku belum membuat Kabupaten Bima menjadi Bima RAMAH. Dilatarbelakangi kondisi akhir-akhir ini daerah Bima tercederai maraknya pelaku  kriminalitas, asusila, pengedar  Narkoba, dan  penggunan obat-obatan terlarang. Kondisi itu dikuatirkan Wabup.

Rupanya, pernyataan saat pembukaan BBGRM Kecamatan Woha, Senin (09/10) lalu itu, ditanggapi beragam. Jika dilihat, memang hanya lontaran normatif, lalu berujung motivasi  agar masyarakat tersadar dari kondisi buram itu dan segera bangkit berbenah. Tetapi, harus diakui, sudut pandang setiap orang berbeda-beda. Bergantung tilikan masing-masing. Justru dari dialektika itulah bisa ditemukan benang merah dari masalah yang  diperdebatkan. Dalam konteks itulah, perbedaan pendapat harus dihargai.

Ya, pasangan Hj Indah Dhamayanti Putri-H Dahlan mengusung visi Bima RAMAH. Slogan Dinda-Dahlan itu tampaknya bisa di ujung kenangan, jika melihat dinamika penyakit sosial dan gunjang-ganjing birokrasi yang kadang-kadang menyeruak-membadai. Tentu saja jika tanpa kesigapan untuk mengatasinya. Degradasi moral generasi, tolak ukur nyata yang tidak bisa di-peties-kan dengan wacana murah senyum dan aksi populis belaka. Dalam berbagai kasus kriminal, tidak pernah sepi dari generasi muda sebagai pelakunya. Ya, seperti gambaran yang diakui Wabup.

Apalagi, kasus Narkoba, Tramadol dan PCC. Belum lagi, pelajar pada beberapa Sekolah Menengah Atas mulai doyan tawuran. Bahkan, menggiring orang kampung terlibat di dalamnya. Dalam sepekan ini saja, sudah dua kali terjadi pemalangan jalan umum oleh warga di dua Desa di Kecamatan Woha. Lantas, siapakah yang patut disalahkan terhadap perubahan kultur ini? Siapakah yang pantas dibebani tanggung jawab? Siapakah yang masih peduli fenomena generasi yang kian terpuruk ini?

Pasti, semua komponen masyarakat harus peduli. Bahu-membahu memerbaiki keadaan generasi kita. Perhatian dan peran orang tua yang lebih utama. Pemerintah Daerah dan jajarannya harus bekerja keras dan cerdas mengamankan visi Bima RAMAH, agar tidak sekadar motto memenangkan Pilkada 2015 lalu. Tidak  hanya  penghias  spanduk dan terucap di bibir manis pemimpin saja. Harus ada wujud nyata agar generasi kita semakin hari tidak terpuruk.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Pernyataan Wabup soal generasi belum mampu menciptakan Bima RAMAH, berikut berbagai reaksi yang mengiringinya sebaiknya dilihat dalam konteks positif. Maksudnya, masing-masing pihak gemas melihat realisasi item RAMAH yang sesungguhnya. Wabup membahasakan kegundahan plus motivasi agar kembali bangkit. Jika direnungi, suasana kebatinan para pengeritik sebenarnya mencoba memberi “suntikan vitamin baru” agar birokrasi terus bekerja dan tidak cengeng. Tidak cepat mengalihkan alibi ketika kondisi yang mengarah pada Bima RAMAH belum sepenuhnya mewujud nyata. (*)

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait