Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Hiburan Malam Berdarah

Dok Merdeka.com

KITA disuguhi lagi berita kasus pembunuhan.  Ahad (22/10) sekitar pukul 03.30 WITA, kasus pembacokan berujung maut terjadi di Desa Waduruka Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Seorang pemuda tewas dibacok di depan istrinya. Dipicu larangan naik berjoget di atas panggung. Dalam kondisi yang diduga mabuk dan larut dalam euforia, kesalahpahaman sedikit saja bisa berbuah maut. Apalagi jika sebelumnya pernah berseteru. Selain itu, kasus senggolan saat berjoget juga kerap memicu konflik. Gambaran insiden seperti itu memang bukan hal baru di Dana Mbojo. Berulang dan terus berulang. Locus delicti Langgudu itu hanya contoh serial duka. Sampai kapan?

 

Acara hiburan malam di Dana Mbojo kerap merenggut korban jiwa maupun korban luka. Terangkai getir dan sigap membangun persepsi negatif pada daerah ini. Pengulangan kasus selama tidak dijadikan sebagai pembelajaran berharga. Kita gagal dan gagal lagi memaknainya. Memang pernah pejabat elit daerah mewacanakan larangan acara hiburan malam. Kepolisian pun memberi isyarat senada setelah memertimbangkan serangkaian kasus yang muncul. Namun, seiring guliran waktu, semuanya berlalu. Gone with the wind. Nafsu menghibur diri lebih kuat menghentak rasa.

Seharusnya hiburan malam dan sejenisnya ditiadakan, karena tidak ‘matching’ dengan suasana psikologis sebagian kaum muda Mbojo hari ini. Kondisi dan fakta itu harus diakui. Acara hiburan malam di Dana Mbojo, seringkali dipraktikkan salah oleh pengunjung. Tidak dimaknai utuh sebagai relaksasi pikiran setelah bergelut dalam dinamika pekerjaan. Tetapi, menjadi muara dari bertemunya akumulasi dendam kesumat yang berujung parang dan belati.  Momentum yang  tidak hanya  sering menjadi arena pertumpahan darah antarindividu, juga berpotensi memicu konflik komunal. Sudah banyak jatuh korban jiwa, bahkan memantik sumbu konflik dalam eskalasi luas.

Langgudu berdarah edisi Ahad dinihari itu harus mampu menampar dan menghentak kesadaran kolektif. Ada yang salah dalam sebagian artikulasi makna hiburan (malam) bagi sebagian warga. Kita tidak boleh lagi mengulang luka pada tempat yang sama.  Emosi sumbu pendek Mone Mbojo memang dapat saja terekspresi liar di mana saja. Tidak melulu hanya di tempat hiburan. Tetapi, paling tidak melalui pengekangan dan pengetatan izin hiburan malam, bisa melokalisasi areal kemungkinan kemunculannya.

Solusi mendesak dipercepat! Untuk menghindari jatuh korban lagi. Aparat Kepolisian dan Pemerintah Daerah harus lebih tegas lagi soal izin ini. Jangan sampai mengumbar izin tanpa pertimbangan ketat. Dalam kondisi mental kaum muda yang suka menerabas, emosional, dan keberanian mengeksekusi lawan layaknya manusia jahiliyah seperti yang ditunjukan akhir-akhir ini, maka moratorium izin hiburan malam harus berani dieksekusi. Bahasa lugasnya “ditalak tiga” untuk sementara waktu. Masalahnya, acara hiburan malam yang dihelat di tengah model mentalitas kaum muda hari ini, rawan berkontribusi bagi instabilitas daerah. Jika tidak menjadi atensi khusus dan kolektif, maka inilah rintangan lain dalam mewujudkan Bima RAMAH. Bukankah begitu Bro…(*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait