Bima, Bimakini.- Petani garam di sejumlah desa di Kabupaten Bima menolak rencana pemerintah pusat mengimpor garam untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal itu dikuatir kan memengaruhi harga garam petani.
“Kami menolak rencana impor garam karena akan berimbas pada harga garam lokal,” tegas Arif, petani garam asal Desa Talabiu menanggapi rencana impor garam oleh Pemerintah Pusat.
Arif mengatakan, harga garam petani sekarang ini hanya mampu dibeli oleh tengkulak seharga Rp100 per karung. “Itu saja mereka beli tidak banyak,” terangnya.
Rencana impor garam dari luar negeri itu, kata Arif, malah membuat petani sengsara. “Harga garam lokal akan anjlok dan akan pengaruhi produksi. Petani jadi tidak semangat bekerja,” paparnya.
Senada dikatakan, petani garam asal Desa Penapali Kecamatan Woha, Arifuddin. Dia mengatakan, rencana pemerintah itu akan berdampak negatif terhadap pendapatan petani garam lokal.
“Kalau stok garam sudah tidak ada lagi, boleh saja mengimpor garam dari luar. Sementara, garam kami masih menumpuktidak ada yang beli,” ungkapnya.
Petani asal Desa Donggobolo, Haeruddin, mengatakan petani garam akan merugi dan hasil keringat berbulan-bulan akan sia-sia.
“Kita produksi garam butuh waktu berbulan-bulan, keringat tidak terhitung lagi sudah berapa liter yang terkuras, sekarang pemerintah malah mau impor garam,” sesalnya. (MAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.