Connect with us

Ketik yang Anda cari

Pendidikan

Mengajar dari Hati, Menolak Gaji, Menemukan Metode Pembelajaran Baru

Haerunnisa, SPd, Guru SDIT Widhatul Ummah yang menemukan sejumlah metode pembelajaran.

Bima, Bimakini.- Menjadi guru,  adalah impian Haerunnisa, SPd, guru di SDIT Wihdatul Ummah, Desa Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. Menamatkan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra di Universitas Mataram, perempuan kelahiran 28 September 1993 ini, pertama kali mengajar di SMPN 17 Mataram-Nusa Tenggara Barat (NTB).

Namun, sepulangnya ke Bima, aktivitasnya tidak jauh dari kegiatan mengajar, meski pun bukan di pendidikan formal. Nisa, sapaan akrabnya, mengajar lest privat  membaca dan bimbingan bagi anak-anak sekolah yang akan mengikuti perlombaan.

Menjadi guru bagi Nisa, bukan sekedar status sosial. Juga bukan semata karena mengejar kebutuhan materi. Namun, pengabdian, mendidik anak bangsa, agar menjadi generasi cerdas. Menjadi guru baginya harus iklas dan mengajar dari hati.

Untuk itu, Nisa bisa menjadi inspirasi bagi lainnya. Tidak hanya karena dedikasinya. Namun juga giat menciptakan sejumlah metode pembelajaran bagi siwa. Baik untuk  peningkatan kemampuan literasi maupun numerasi.

Selain yang diciptakannya sendiri, ada juga metode pembelajaran yang digarap bersama dengan rekan guru di SDIT  Wihdatul Ummah. Yakni BAPER (Bambu Perkalian).  Bahkan metode pembelajaran numerasi ini menjadi juara satu dari 25 sekolah yang mengikuti gelar karya pembelajaran dalam Program Guru BAIK INOVASI.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Kenapa BAPER? BAPER adalah salah satu media yang bisa digunakan sebagai alternatif menghitung perkalian bilangan untuk anak SD kelas 3 sampai kelas 6. Dinamakan seperti itu, karena media ini dibuat dari bambu sisa pagar sekolah.

Guru membuat 10 bilah bambu. Masing-masing bambu bertuliskan angka yang sudah disusun. Fungsinya untuk melihat angka perkaliannya dan juga jumlahnya. Untuk perkalian satuan, maka hasil langsung bisa dilihat pada deret angka yang dikalikan.

Untuk perkalian puluhan juga bisa dilakukan. Metode ini memudahkan siswa untuk memahami perkalian, yang biasanya sulit.

Dengan metode ini, siswa tidak lama berfikir untuk mengetahui perkaliannya, karena kadang itu kesulitannya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Anak kelima dari tujuh bersaudara ini, mengaku senang bisa membuat metode pembejalaran Numerasi ini bersama rekan sesame guru di sekolah.

Anak dari pasangan Sukiman (Almarhum) dan Salmah ini rupanya makin termotivasi untuk membuat metode pembelajaran lainnya. Yakni, Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Teknik Akrostik dengan Objek Lingkungan Sekolah.

Ketika siswa ingin membuat puisi sampah, maka mereka akan mendatangi tempat sampah. Mengamatinya, merasakan dan menuliskannya. “Respon mereka luar biasa dan bersemangat mendatangi obyak yang akan dijadikan puisi,” ujarnya.

Bahkan, kata dia, salah satu Fasilitator Nasional, menangis ketika membaca salah satu karya siswa tentang ayah. Ide pembelajaran taknik puisi Akrostik ini, ketika semasa kuliah, rekan-rekannya suka menulis puisi dengan mendeskripsikan huruf nama yang disusun vertikal. Kadang itu digunakan untuk  mengungkapkan perasaan pada seseorang.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Contohnya:   BUNGA

Bunga semerbak harummu menyejukkan jiwa

Untaian kelopakmu menambah keelokanmu

Namamu seindah rupamu

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Gayamu cantik nan mempesona

Alangkah indah Tuhan menciptakanmu   

Selama ini, kata perempuan yang selalu mengidolakan Nabi Muhammad sebagai sumber inspirasi ini mengatakan, pembelajaran menulis puisi dianggap sulit oleh siswa.  Itu karena kurangnya kemampuan guru di dalam menginovasi pembelajaran yang kreatif, menyenangkan, dan mudah bagi siswa.

Jangankan membuat puisi, mengerti dan paham maksud puisi saja tidak akan dimengerti oleh siswa, jika pembelajarannya terkungkung pada pola pembelajaran tradisional yang bersifat hafalan teoritis. Padahal tujuan pembelajarannya itu sendiri adalah memupuk apresiasi siswa di dalam menyenangi, menghayati, merespon, dan menghasilkan suatu karya puisi itu sendiri. Bukanlah menghafal bentuk teoritis puisi.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Pembelajaran menulis puisi bebas untuk SD khususnya, dipelajari pada kelas V Semester II kurikulum KTSP, dengan tujuan  pembelajarannya adalah siswa dapat menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.

Selain itu, ada lagi model pembelajaran Numerasi yang ciciptakannya. Yakni Kartu Animasi Berwarna. Media kartu animasi berwarna terbuat dari kertas biasa yang berbentuk animasi gajah dan animasi kelinci yang ditempel pada kertas bufalo dua warna. Warna merah muda untuk nilai tempat puluhan dan ditempel animasi gajah, dan warna biru untuk nilai tempat satuan dan beranimasi kelinci.

Pada setiap kartu belum ditulis angka-angka 0-9. Angka-angka tersebut akan ditulis langsung oleh siswa dan siswinya sendiri. Animasi ditonjolkan untuk mengakomordir siswa yang buta warna (berkebutuhan khusus). Animasi gajah digunakan untuk menggolongkan nilai tempat puluhan. Sedangkan animasi kelinci untuk nilai tempat satuan.

Menolak Terima Gaji

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Nisa sebenarnya tidak pernah membayangkan akan menjadi guru untuk tingkat Sekolah Dasar (SD). Apalagi, namanya sempat tercatat untuk mengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Bima, dimana ia mengeyam pendidikan sebelumnya.

Mengajar di SDIT Wihdatul Ummah berawal dari sebuah kebetulan, ketika pemilik Yayasan SDIT yang juga temannya, meminta bantuan padanya. Agar membantu mengajar di sekolah yang baru didirikan, karena kekurangan guru. “Sejumlah guru yang sebelumnya mengajar di sekolah itu, keluar, sehingga saya diminta untuk membantu,” kisahnya.

Melihat kondisi sekolah yang masih apa adanya, apalagi menggunakan rumah sewa, akhirnya menerima tawaran itu. Niatnya, benar-benar untuk membantu. Bahkan tidak terbersit keinginan untuk digaji, karena disadarinya sekolah itu serba kekurangan.

“Saya pernah menolak untuk menerima gaji sebesar 300 ribu rupiah, tapi pihak yayasan bersikeras agar saya menerimanya. Kalau mengajar bukan nilai apa yang saya dapat dari materi, tapi jadi guru itu  panggilan dari hati. Meski harus jujur tidak menafikan dengan uang. Namun banyak hal yang bisa diperoleh untuk mendapatkan uang. Saya jualan online, jual pulsa, dapat uang dari situ,” ujarnya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Namun, bagi Nisa keputusan menerima mengajar di SDIT bukan hal mudah. Apalagi mengajar anak-anak   jauh berbeda ketika mengajar di SMPN 17 Mataram. Siswa SMP atau SMA akan lebih mudah diarahkan dalam kegiatan belajar mengajar.

“Mengajar di SD, justru saya yang belajar. Bagaimana menghadapi dunia anak-anak yang berbeda dengan orang dewasa. Makanya pertama berhadapan dengan anak kelas 1, rasanya blank,” ungkapnya.

Secara perlahan, mulai membuka silabus dan hal lainnya yang lebih spesifik tentang bagaimanaberhadapan dengan anak-anak SD. Apalagi ditempatnya mengajar, banyak diantara mereka yang sebelumnya tidak duduk dibangku Taman Kanak-kanak (TK). Sehingga harus mulai dari awal mengenalkan huruf dan angka.

“Ngajar kelas 1, tantangannya cukup besar. Di rumah  saya harus menyiapkan bahan ajar, membuat model pembelajaran, mencari gambar-gambar yang dapat merangsang siswa pandai membaca dan berhitung,” ungkapnya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Bermodal printer di rumah, Nisa membuat sendiri mode pembelajarannya. Seperti membuat gambar dan warna-warna yang dapat dengan mudah dikenali siswa. “Sebelum ada Inovasi saya sudah membuat projek buku PR khusus anak kelas 1,” ujarnya.

Hal lain yang mulai dipelajarinya adalah bagaimana manajemen kelas. Mengetahui kondisi anak dan tipikalnya. “Bahkan untuk menulis anak-anak kelas 1 harus dibimbing. Saya mulai memahami ilmu jiwa anak. Itu hal yang saya ingat waktu pertama ngajar SD,” terangnya.

Nisa pun mulai masuk dalam kehidupan  anak-anak. Bukan menjadi guru, tapi teman mereka. “Saya ikut seperti anak  kecil. Ketika mereka melompat-lompat, saya juga ikut melompat, tidak seperti masuk lingkungan remaja atau dewasa. Tidak ada lagi sikap conggang diri sebagai guru. Bahkan mereka merangkul dan mencium gurunya,” ujarnya.

Usaha yang dilakukannya pun membuahkan hasil, siswa kelas satu yang naik ke kelas dua sudah bisa membaca.  Itu karena setiap hari, siswanya diwajibkan membaca 15 menit. “Setiap hari baca 15 menit.  Kebetulan di rumah kebetulan ada buku bacaan level 1, 2, 3 , 4 , 5,” ujarnya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Bergabung dengan INOVASI

Nisa, mulai  bergabung dengan INOVASI, ketika terlibat menjadi peserta guru BAIK, Maret 2017 lalu. Setelah itu, dirakrut menjadi Fasilitator Daerah (Fasda) Rintisan GEMBIRA (Gerakan Menggunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar).

Saat menjadi peserta kegiatan INOVASI, banyak pembelajaran baru yang diperolehnya. Apalagi, setelah bergabung menjadi Fasda banyak yang diperoleh. “Apalahi ikut pelatihan, banyak yang saya peroleh,” ungkapnya.

Dari sinilah, kata dia, guru didorong untuk menemukan potensi, terutama metode pembelajaran baru. Menyadarkan mereka ada masalah dalam mengajar atau pembelajaran. Karena selama ini, itu yang kurang disadari, sehingga hanya ritinitas, tanpa memikirkan ada masalah dalam pembelajaran.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

“Seperti dulu saya  jadi peserta, saya ungkapkan bahwa anak-anak sulit menempatkan satuan dan puluhan. Masih bingung dan masalah itu yang saya angkat dan solusinya dirembuk bersama dengan teman-teman. Muncullah media baru, menggunakan kartu animasi berwarna,” ujarnya.

Semakin banyak hal yang diperolehnya di INOVASI, maka membuatnya menciptakan banyak metode pembelajaran baru. Tujuannya bagaimana meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa.

Di tambah lagi dengan posisinya saat ini, dapat melihat gambaran pembelajaran di empat sekolah percontohan INOVASI di Kecamatan Bolo.

Karena sebelum masuk  kata Nisa, ada perbedaan pemahaman guru dalam pembelajaran. Misalnya, siswa diperlihatkan gambar, video, baru pengalaman. Justri di INOVASI kebalikannya, pengalamanlah yang lebih dikedepankan. “Harus ada pengalaman dulu. Bagaimana memainkan emosi anak. Itu bedanya sebelum ada INOVASI. Siklus pembelajarannya berbeda,” terangnya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Anak-anak dituntut mengalami apa yang dipelajari, merasakan langsung, mengoptimalkan semua indra anak-anak. Otak mereka semua difungsikan.

Tantangan yang dihadapi Nisa selama di INOVASI,  selain merasa capek banyak mengikuti pelatihan. Menjadi bukanlah perkara mudah, melainkan harus banyak belajar.  Bukan hanya bagaimana mengajarkan guru untuk menemukan masalah.

Nisa berharap adanya INOVASI akan mengubah mutu  pendidikan di Kabupaten Bima, khususnya peningkatan kemampuan literasi dan numerasi  ditingkat sekolah dasar. Guru harus menanamkan sikap amanah.   Menjadikan profesinya sebagai ibadah dan mengajar dengan hati. “Niat tulus, mau belajar, dan mau melakukan. Melakukan tanpa niat tidak benar. Hanya melakukan saja, tidak menggunakan hasti tidak benar juga. Harus terus belajar tentang kekurangan kita,” pesannya.

Selain itu,  kata Nisa, untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Bima, harus ada sinergi, antara sekolah, masyarakat dan pemerintah. Sinergir ini belum terwujud dan  perlu terus didorong. “Peningkatan kualitas itu dengan meningkatkan sinergi, guru, dan orang tua. Ini yang masih kurang. Ini yang harus terus didorong. (Sofiyan Asy’ari)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

  SEPERTI janji saya pada Simatik, tidak Jadi Mati, harusnya orang ini yang saya wawancara lebih dahulu. Pria gondrong yang nyentrik itu. Julhaidin namanya,...

Pendidikan

Bima, Bimakini.- Sejumlah guru yang mengikuti ujicoba modul kesadaran Fonologis di SDN Inpres Kalampa 1, Kecamatan Woha, merasakan manfaatnya. Kegiatan Program INOVASI itu melibatkan...

Pendidikan

Bima, Bimakini.- Tiga Kepala Sekolah (Kasek) jebolan program kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia di bidang peningkatan mutu pendidikan literasi dan numerasi anak sekolah yang...

Pendidikan

Bima, Bimakini.- Pejabat Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr Amalia memuji inovasi pembelajaran  guru di Bima. Pujian itu disampaikannya saat...

Pendidikan

Mataram, Bimakini.-  Sekretaris Daerah (Sekda) NTB, H Rosyadi H Sayuti berharap INOVASI menjadi program daerah. INOVASI adalah program kemitraan Pemerintah Australia dan Indonesia, dalam...