Mataram, Bimakini.- Kampanye pasangan calon (paslon) Wali/ Wakil Wali Kota Bima 2018, sudah memasuki bulan ke dua, sejak 15 Februari 2018 lalu. Dari tiga Paslon yang bertarung, dua pasangan yang intens kampanye ke setiap kelurahan.
Yakni, Paslon Nomor Urut 1, H A Rahman H Abidin – Hj Fera Amelia atau yang dikenal dengan pasangan MANuFER dan Paslon Nomor Urut 2 H Muhammad Lutfi- Feri Sofiyan, SH (Lutfer).
Direktur Mi6, Bambang Mei Fimarwanto, SH melalui siaran pers, Rabu (21/3/ 2018) mengatakan, kedua pasangan ini saling unjuk kekuatan dengan roadshow ke kelurahan-kelurahan untuk mengukuhkan tim sukses. Seolah saling menunjukkan dominasi dukungan, antara petahana dan penantang baru.
Paslon Lutfi-Feri sendiri diusung sembilan Partai Politik, termasuk PAN yang menjadi pememang dalam Pemilu Legislatif sebelumnya. Termasuk Golkar dan Gerindra yang menjadi pemenang kedua dan ketiga. Ketiga Parpol ini bahkan menduduki kursi pimpinan dewan.
“Melihat tingginya dukungan terhadap pasangan ini, menunjukkan jika mesin partai cukup memengaruhi, demikian juga dengan ketokohan pengurus parpol yang duduk dikursi dewan,” ujar Didu sapaan akrabnya.
Dengan konfigurasi bloking politik seperti itu, Didu memandang bahwa dalam Pilkada Kota Bima “Tidak ada Matahari Tunggal” karena peta dukungan politik relatif imbang dan memiliki karakteristik impresif di mata publik.
Selanjutnya , Didu mengatakan, Paslon Lutfi- Ferry yang diback up sembilan mesin partai, wajar optimis bisa memenangkan pertarungan 27 Juni 2018 mendatang. Tidak hanya mengandalkan besarnya dukungan partai politik, namun juga mencoba merasionalkan gagasannya untuk mengubah Kota Bima lebih baik.
“Disetiap kegiatan kampanye dan pengukuhan tim di kelurahan, diselipkan bedah visi-misi dan program sebagai jawaban atas berbagai problem daerah selama ini,” ujar Didu yang juga mantan Direktur Walihi NTB dua periode ini.
Dia mengapresiasi daya jelajah politik Lutfi Ferri secara day by day menemui konstituen dengan efektif dan taktis. Terkesan merakyat dan tanpa protokoler yang ketat
Namun, bagi Didu, bukan berarti pasangan ini mudah menjinakkan kekuatan petahana, H A Rahman H Abidin- HJ Fera Amelia. Meskipun hanya diusung tiga partai politik, yakni Demokrat, PKS dan PDIP.
Didu menambahkan keduanya pada Pilkada 2013 adalah rival politik dengan perolehan suara signifikan. Rahman yang berpasangan dengan Qurais saat Pilkada 2013 merauf suara 27 ribu lebih dan Fera saat itu mendapat 22 ribu dukungan. Jika dihitung secara matematis, maka dukungan cukup signifikan. ” Dibandingkan dengan Feri Sofiyan yang saat itu juga mencalonkan diri memeroleh lebih 6.000 suara,” lanjutnya
Sebagai petahana,ujar Dirut Mi6 ini, Rahman tentu diuntungkan pada tingkat popularitas dan elektabilitas. “Ditambah lagi bergabungnya dua kekuatan,” sambungnya lagi .
Sementara itu, Sekretaris Mi6, Lalu Athari mengatakan, meskipun Fera tidak lagi menjadi ketua Partai Golkar, namun diduga masih memiliki loyalis yang setia dan solid.”setidaknya sebagai trah kerajaan kesultanan Bima , fera masih dipandang pengikut yang setia yang luas ,” tambahnya .
Bagaimana dengan pasangan Subhan-Wahyudin (SW)? Bagi Lalu Athari SW – Mataho, juga tidak bisa dianggap remeh. Meskipun daya gampur melalui kegiatan kampanye tatap muka terbatas dan dialogis, tidak se massif dua pasangan lainnya. Namun, Subhan memiliki pendukung militan.
“Ini adalah pertarungan ketiga bagi Subhan dalam kancah politik Kota Bima,” ulasnya
Perolehan suara Subhan pada Pilkada 2013 lalu terbilang cukup signifikan, yakni 15 ribu lebih suara dengan tujuh pasangan calon saat itu. Subhan memiliki kantong basis yang jelas, yakni wilayah Kecamatan Raba dan Rasanae Timur. “Bukti masih adanya dukungan terhadap Subhan, karena mampu meraih dukungan 14 ribu lebih untuk maju melalui jalur perseorangan,” imbuh Athar yang juga Sekretaris DPD KNPI NTB ini.
Didu menambahkan, S-W Mataho tinggal merawat dukungan tersebut dan menambah daya gempur melalui soliditas timnya. Pasangan Nomor Urut 3 ini memang memilih cara berbeda dengan dua calon lainnya.
“Ketika yang lain memobilisasi pendukung disetiap kegiatan kampanye tatap muka dan dialogis, maka Subhan-Wahyudin memilih blusukan. Masuk dari gang dan lorong dan menyapa langsung warga,” jelasnya
Bahkan, ungkap Didu SW Mataho mulai memasang target di Kecamatan Raba dan Rasanae Timur 20 ribu suara. Mengunci basis dan mengeruk suara di tiga kacematan lainnya, yakni Rasanae Barat, Asakota dan Mpunda.
“Dengan masih panjangnya masa kampanye, memungkinkan semua paslon menset ulang strategi pemenangannya untuk mendulang suara,” ujarnya.
Didu menambahkan, dalam Pilwakot Bima diprediksi bakal ada kejutan politik yang tidak terduga. Seiring meningkatnya adu kuat design propaganda politik yang elegan dan penuh kehormatan politik yang satria. (IAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.