Bima, Bimakini.- Hasil pantauan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distambun) melalui Kasi Monitoring Prakiraan dan Pengendalian OPT memantau kekeringan di Desa Sanolo, Sondosia dan Bontokape, Kecamatan Bolo, Jumat (1/6) sebanyak 160 hektar (Ha) tanaman padi terancam gagal panen (Puso).
Untuk di Desa Sabolo, sekitar 30 Ha, Sondosia sekitar 77 Ha dan Bontokape sekitar 53 Ha.
Kasi Monitoring prakiraan dan pengendalian OPT Dispertambun Bima, Syafruddin, SSos mengatakan, terancamnya tanaman padi di tiga desa tersebut karena debit air yang kecil. Air yang dialirkan melalui saluran irigasi, tidak cukup untuk dibagi ke semua lahan.
“Sumber air di lokasi tersebut kecil dan debit air yg mengalir di parit sedikit tidak cukup untuk dibagi kemudian berimbas pada menajemen pembagian air tidak teratur,” ujarnya.
Kata dia, untuk mengantisipasi kekeringan tersebut menyarankan menggunakan pompa mesin untuk mengaliri lahan pertanian. “Tidak ada cara lain. Antisipasinya hanya dengan menggunakan mesin pompa air,” terangnya.
Dijelaskannya, sebelumnya pihaknya telah melakukan sosialisasi program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) kepada petani di 18 kecamatan. Kini menunggu petani yang akan mendaftarkan diri.
“Kami sarankan petani tercakup untuk dalam program AUPT. Sehingga kerugian bisa mendapatkan ganti rugi dalam bentuk uang tunai,” tuturnya.
Sampai saat ini, kata dia, baru Kecamatan Wera yg mendaftar. Pada hal, program ini sangat membantu petani yang mengalami bencana akibat kekeringan, banjir dan serangan OPT.
Untuk biayanya, kata dia, petani hanya membayar premi sebesar Rp 36 ribu per hektarnya. Maka pemerintah akan mengganti kerugian petani yang mengalami bencana sebesar Rp 6 juta per Ha.
“Kita harap petani mendaftarkan diri untuk supaya tercakup dalam program AUPT. Karena sangat membantu petani sendiri,” pungkasnya. (IAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.