Bima, Bimakini.- Harga bawang merah belakangan ini semakin merosot. Petani di Kecamatan Woha dan Belo mengaku rugi. Karena tahun 2018 ini harga bawang merah ukuran super banjar hanya Rp800 ribu per kuintal.
Petani Desa Ngali, Kecamatan Belo, Fadli, mengaku saat ini harga bawang merah baru produksi sudah menurun mencapai Rp 800 ribu perkuintal.
“Dua pekan kemarin harga bawang merah baru produksi ukuran super banjar capai 1,3 juta tapi sudah turun ke harga 800 ribu per kuintal,” katanya di Desa Ngali, Senin (27/8).
Dia mengaku, harga jual bawang merah tahun ini sangat tidak menguntungkan petani bawang. Sebab awal 2018 hingga saat ini, harga belum pernah mencapai Rp1,5 juta lebih.
“Selama 3 kali memanen tanaman bawang, paling tinggi pedagang mampu membeli dengan harga 1,3 juta, jelas kami rugi, sebab tahun sebelumnya mencapai 3 juta,” ungkapnya.
Hal yang sama dikatakan Leo Baharudin, Petani Desa Donggobolo, Kecamatan Woha. Semangat masyarakat untuk menjadi petani bawang merah sangat tinggi, sebab keuntungan besar.
“Tahun ini banyak betani bawang yang bermunculan, karena melihat petani tahun lalu mendapat keuntungan besar dengan harga yang tinggi,” kata dia.
Saat ini, semangat itu tidak didukung dengan ketetapan harga seperti tahun sebelumnya. Produksi bawang yang menghabiskan banyak biaya itu justru dibalas dengan harga rendah.
“Harga saat ini tidak bisa mensejahterakan masyarakat petani bawang, pemerintah tidak mengontrol harga lapangan. Sehingga tengkulak seenaknya memainkan harga,” katanya.
Begitu juga disampaikan Ismail, petani Desa Risa.Tahun ini memiliki satu hektar bawang merah, dua pekan lagi akan panen.
“Harga bawang sekarang tidak bisa menutupi biaya operasional saya, semoga ada perubahan harga beberapa hari kedepan,” harapnya. (MAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.