Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Bima Pernah Dihantam Empat Kali Tsunami

ilustrasi

Bima, Bimakini.- Tercatat sedikitnya empat kali daerah Bima pernah dihantam bencana paling memomokkan, tsunami. Pertama tahun 1818, tepatnya pada 8 November. Kemudian disusul dua tahun kemudian, tepatnya 29 Desember Tahun 1820.

Fakta tersebut diungkapkan oleh Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar Bali, Drs HM Taufik Gunawan MSc saat acara penandatangan Memorandum of Understanding dengan pihak BMKG bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Bima dan Pemerintah Kota Bima di Ruang Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin, Senin (15/10).

Kali ketiganya disebutkan Taufik, gelombang tsunami kembali menyapu daerah Bima tepatnya pada 5 Maret 1836 dan tsunami keempat pada tahun yang sama, namun selang beberapa bulan, 28 November 1836.

“Juga terecord di data yang kelima kalinya pada tanggal 19 Agustus 1977, tapi ini tsunami daerah tetangga, namun terdampak juga di daerah Bima. Lumayan besar saat itu,” ulas Taufik Gunawan sambil menceritakan suasana yang melanda daerah Bima saat itu.

Untuk lokasi paparan bencana tunami yang diawali gempa di atas 7 Skala Ritcher tersebut, tercatat pada daerah pesisir pantai selatan Kabupaten Bima. Tepatnya di sekitaran daerah Lere Kecamatan Langgudu. “Paparan tsunami yang pernah menyapu Daerah Bima ini juga rata-rata pada daerah pesisir pantai terlebih yang berhubungan langsung dengan laut lepas,” ujarnya.

Lanjutnya, wilayah yang terdapat air laut meskipun seperti teluk, tidak menutup kemungkinan menjadi sasaran. “Jadi seperti Kota Bima ini kemungkinan bisa saja terjadi karena juga terhubung dengan lautan lepas di wilayah utara,” tukasnya.

Diungkapkannya tsunami yang pernah melanda Bima, kata dia, bukan untuk menakuti. Namun pemerintah dan stakeholder lainnya lebih peduli dan awas menghadapi bencana. Mulai dari yang kecil hingga ekstrim dan dapat mengancam nyawa banyak orang.

Apalagi kata Taufik daerah Bima memiliki riwayat rawan berbagai bencana.  “Sedia payung sebelum hujan, sedia sungai sebelum banjir,” celoteh Taufik dengan gaya pantunnya dihadapan pihak pemda dan stakeholder lainnya yang hadir dalam penandatangan MoU tersebut.

Karena dilanjutkan Taufik, daerah Bima beberapa tahun lalu pernah dilanda banjir bandang dan sejumlah bencana lainnya. Sehingga memakan banyak kerugian bahkan korban jiwa.

Adanya MoU, pihak BMKG dan Pemda maupun stakeholder lainnya mulai sekarang bisa bekerjasama secara maksimal seperti terlebih dahulu. Melanjutkan informasi yang dikeluarkan BMKG agar disebarluarkan kesemua lapisan masyarakat tanpa terkecuali dengan berbagai formula yang disusun. (IQO)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST ( Forecaster and Observer Iklim BMKG NTB) Wilayah Bima merupakan wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di ujung...

Opini

Oleh :  Anas Baihaqi, S.P. Sebagaimana dimaklumi bahwa Indonesia adalah negara yang terletak di kawasan garis lintang 0o atau yang biasa dikenal dengan garis...

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST (Forecaster and Observer Iklim BMKG NTB) Pada akhir bulan Maret 2021 Stasiun Klimatologi Lombok Barat NTB telah melakukan diseminasi informasi...

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST ( Observer dan Forcaster Iklim BMKG NTB) Masih sangat hangat perbincangan tentang Siklon Tropis “Seroja” yang menghantam wilayah Nusa Tenggara...

Opini

Oleh : Anas Baihaqi, S.P. (Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat) Jika diterjemahkan secara bebas, yang dimaksud dengan “new normal” atau kenormalan yang baru,...